Kecanduan Cerita Horor
Kata Pengamat Sosial Soal Tren Cerita Horor yang Bikin Kecanduan
Gresnia Arela Febriani - wolipop
Senin, 09 Sep 2019 06:50 WIB
Jakarta
-
Seiring perkembangan zaman, cerita horor kini bisa dengan mudah didapat, baik melalui media sosial maupun melalui saluran elektronik lainnya. Kisah horor yang bertebaran ini pun membuat para penikmat cerita seram semakin terpuaskan rasa penasarannya sekaligus keinginan untuk 'uji nyali.'
Kisah horor KKN di Desa Penari yang viral menjadi salah satu bukti bahwa warganet Indonesia sangat menyukai cerita horor. Menurut pengamat sosial dari Universitas Indonesia Dr. Devie Rahmawati, M.Hum, ada tiga faktor yang mendorong cerita horor kini sangat diminati.
- Psikologis
Berdasarkan studi global, membaca kisah horor atau menonton film horor dapat menjadi katarsis, atau media pelepasan dari ketakutan seseorang pada sesuatu. Semisal kecemasan pada persoalan hidup yang dihadapinya. Menonton film horor juga menjadi saluran untuk melepaskan perasaan ketidakberdayaan yang dialami oleh seseorang.
- Biologis
Cerita atau film horor bisa menjadi alat pemicu dari luar secara eksternal yang mampu memberikan mendorong hormon kesenangan pada manusia. Sehingga melalui hal-hal berbau horor, manusia dapat berekreasi secara murah, mudah, dan bisa melepaskan kepenatan.
- Sosiologis
Seseorang akan merekatkan hubungannya dengan individu lain saat menonton film horor. Karena menonton film horor akan jauh menyenangkan bila dinikmati secara bersama sama dengan orang lain.
Ketika kisah atau film horor ini sudah menjadi candu, menurut Dr. Devie, dampaknya akan berbeda-beda pada setiap individu. Perbedaan paling jelas jika dilihat berdasarkan usia.
"Perbedaan yang umum dapat dilihat di antaranya dari segi usia. Bagi anak dan remaja, ketakutan akibat menonton film horor dapat berlangsung lebih panjang. Ini sebagaimana hasil penelitian di US, bahwa 26% penonton akan terus mengalami gangguan di antaranya gangguan makan dan tidur," ucapnya saat berbincang dengan Wolipop baru-baru ini.
Sedangkan bagi orang dewasa, durasi trauma atau ketidaknyamanan setelah membaca atau menonton kisah horor ini, efeknya akan berlangsung lebih singkat. "Karena orang dewasa sudah lebih mengenali hal-hal apa yang dapat membuat mereka merasa trauma, sehingga saat menonton,mereka dapat segera menghindarinya," tutupnya.
(gaf/eny)
Kisah horor KKN di Desa Penari yang viral menjadi salah satu bukti bahwa warganet Indonesia sangat menyukai cerita horor. Menurut pengamat sosial dari Universitas Indonesia Dr. Devie Rahmawati, M.Hum, ada tiga faktor yang mendorong cerita horor kini sangat diminati.
- Psikologis
Berdasarkan studi global, membaca kisah horor atau menonton film horor dapat menjadi katarsis, atau media pelepasan dari ketakutan seseorang pada sesuatu. Semisal kecemasan pada persoalan hidup yang dihadapinya. Menonton film horor juga menjadi saluran untuk melepaskan perasaan ketidakberdayaan yang dialami oleh seseorang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Biologis
Cerita atau film horor bisa menjadi alat pemicu dari luar secara eksternal yang mampu memberikan mendorong hormon kesenangan pada manusia. Sehingga melalui hal-hal berbau horor, manusia dapat berekreasi secara murah, mudah, dan bisa melepaskan kepenatan.
- Sosiologis
Seseorang akan merekatkan hubungannya dengan individu lain saat menonton film horor. Karena menonton film horor akan jauh menyenangkan bila dinikmati secara bersama sama dengan orang lain.
Ketika kisah atau film horor ini sudah menjadi candu, menurut Dr. Devie, dampaknya akan berbeda-beda pada setiap individu. Perbedaan paling jelas jika dilihat berdasarkan usia.
"Perbedaan yang umum dapat dilihat di antaranya dari segi usia. Bagi anak dan remaja, ketakutan akibat menonton film horor dapat berlangsung lebih panjang. Ini sebagaimana hasil penelitian di US, bahwa 26% penonton akan terus mengalami gangguan di antaranya gangguan makan dan tidur," ucapnya saat berbincang dengan Wolipop baru-baru ini.
Sedangkan bagi orang dewasa, durasi trauma atau ketidaknyamanan setelah membaca atau menonton kisah horor ini, efeknya akan berlangsung lebih singkat. "Karena orang dewasa sudah lebih mengenali hal-hal apa yang dapat membuat mereka merasa trauma, sehingga saat menonton,mereka dapat segera menghindarinya," tutupnya.
(gaf/eny)
Home & Living
Ravelle Airy Premium Air Purifier HEPA13 + Aromatherapy: Udara Bersih, Mood Tenang, Hidup Lebih Nyaman
Health & Beauty
Wajib Punya! Rekomendasi 3 Sheet Mask Andalan Kulit Lebih Tenang, Lembap, dan Bebas Stress
Fashion
3 Rekomendasi Dompet Kartu Stylish & Fungsional yang Wajib Kamu Punya!
Fashion
3 Padel Bag Stylish & Fungsional yang Bikin Kamu Makin Siap Turun ke Lapangan!
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
El Putra dan Xaviera Putri Cerita Pengalaman Bertumbuh di Komunitas
Penampilan Terbaru Dilraba Dilmurat Jadi Sorotan, Picu Rumor 'Kloning'
Most Popular: Transformasi BABYMONSTER Jadi KPop Demon Hunters di MAMA 2025
Desainer Ungkap Sebab Pertengkaran Viral Jay-Z dan Adik Beyonce dalam Lift
Sinopsis To Catch a Killer di Bioskop Trans TV Hari Ini
Most Popular
1
Penampilan Terbaru Dilraba Dilmurat Jadi Sorotan, Picu Rumor 'Kloning'
2
Potret Kimberly Ryder Perdana Tampil Bak Artis Dracin, Anggun Pakai Hanfu
3
Desainer Ungkap Sebab Pertengkaran Viral Jay-Z dan Adik Beyonce dalam Lift
4
Potret Pasangan Ikonik Shah Rukh Khan & Kajol Resmikan Patung DLJJ di London
5
Potret Mikey Madison, Aktris Paling Banyak Di-Google 2025, Perankan Stripper
MOST COMMENTED











































