Liputan Khusus Kemiripan di Dunia Mode
Mengenal Seni 'Meniru' dari Sejarahnya
Saat ini, dunia mode Indonesia sedang ramai membicarakan tentang sebuah akun Instagram yang mengumpulkan sejumlah karya desainer Indonesia yang mirip dengan desainer internasional. Tanpa perlu menyebut akun tersebut, sudah banyak pemilik media sosial yang mengunggah ulang foto-foto dari Instagramnya dan menjadi pembicaraan banyak orang khususnya penikmat mode. Banyak dari mereka yang menganggapnya hanya sekedar angin lalu, tak menghiraukannya, ada yang prihatin namun membela desainer Indonesia karena hanya sebatas mirip, namun ada juga yang begitu bersemangat menyerang desainer tertentu dengan komentar yang pedas.
Seperti biasa, media sosial memiliki efek domino yang begitu besar dan cepat di era modern ini. Informasi begitu cepat didapat hanya dengan menilai sebuah foto tanpa banyak menilik terlebih dahulu kisah di balik itu, atau bahkan membaca lebih detail apa keterangan foto yang tertera meskipun sebuah kabar sudah benar dan faktual. Semua juga bergantung dari tingkat kecerdasan emosional maupun intelektual yang menerima informasi dan mencernanya menjadi sebuah pandangan.
Sebelum menunjuk jari kepada orang lain atas dasar penjiplakan, plagiarisme, mencontek, atau apapun istilah yang digunakan, banyak orang harus tahu bahwa kreativitas dan seni pada dasarnya adalah meniru. Sebagai salah satu lulusan Fakultas Seni Rupa dari Institut Kesenian Jakarta, saya sebagai murid seni rupa diajarkan bahwa seni adalah Mimesis yang dalam bahasa Yunani berarti meniru. Meniru keindahan alam dan kemudian menjadikannya menjadi sebuah karya seni. Contohnya sebuah pemandangan gunung yang begitu indah lalu ia menginspirasi seseorang dan kemudian menirunya di sebuah medium seni. Sang seniman pun menciptakan karya yang didasari dari meniru keindahan alam tersebut dengan versinya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fashion, musik, film dan segala unsur kreatif lainnya berkembang dari masa ke masa, mulai dari Michaelangelo dan Leonardo Da Vinci sebagai pionir di masanya dan kemudian bermunculan nama-nama lain yang mewakili eranya masing-masing. Setiap seniman ingin mengukir nama di sejarah dengan karya yang orisinil dan brilian namun semua itu tak akan terealisasi tanpa adanya inspirasi. Inspirasi datang selain dari alam, juga datang dari karya orang lain.
Karya orang bisa memberikan inspirasi, mulai dari ingin membuat yang serupa atau juga yang bertolak belakang dari apa yang dilihatnya. Tapi kembali lagi, semua diawali dari inspirasi awal yang datang. Dunia fashion ibaratnya sebuah sekolah yang punya pimpinan dimana tren mode dicetuskan oleh kepala sekolah yang akrab disebut sebagai sindikasi tren mode bernama WGSN (World Global Style Network). Jadi tidaklah heran jika selalu aja ada benang merah dari berbagai desainer. Tren mode ini dicetuskan oleh sindikasi tersebut dan diterjemahkan oleh para desainer dengan pandangannya masing-masing.
Fashion memiliki empat kota mode dunia yang berpengaruh kepada kelangsungan mode di seluruh dunia. Mereka yang bisa menciptakan karya brilian di empat kota mode tersebut tentu akan menjadi sorotan dunia, namun hal itu tidaklah mudah. Ada puluhan desainer yang tergabung dalam pekan mode resmi namun nama mereka sangat asing terdengar lantaran karyanya tidak diekspos media dengan maksimal. Tak terekspos karena karyanya hanya sebatas bagus dan bisa dipakai, namun tidak memiliki elemen heboh dan sensasi yang menjadi buah bibir.
Alexander McQueen contohnya, almarhum desainer ini pernah disebut sebagai pembenci wanita karena karyanya kerap merendahkan wanita dengan busana serba terbuka dan cenderung menjadi objek seks. Namun hal inilah yang menjadi daya tarik dan memiliki esensi drama. Mau tak mau, media terus mengekspos dan mengikutinya dan lambat laun ia memperlihatkan bahwa dirinya juga bisa menciptakan karya yang brilian. Jumlah penggemar desainer ini pun tak terhitung karena ia selalu memberikan inspirasi baru di setiap musim.
Kembali pada plagiarisme di mana banyak orang menilai tidak ada yang baru di dunia fashion memang benar adanya. Segalanya hanya masalah repetisi dan meremajakan kembali apa yang sudah ada. Begitu terkesimanya seorang seniman akan sebuah karya, ia bisa saja kebablasan mengambil segala elemen dan menuangkannya secara harfiah dan menyeluruh. Namun perlu dicatat, harus ada sesuatu yang dikembangkan dan menjadikannya berbeda. Mereka yang malas juga bisa dilihat karyanya karena tidak ada sesuatu yang baru dan secara garis besar meniru persis apa yang ada.
Hal ini bisa jadi perdebatan tersendiri jika dilakukan oleh brand fashion dunia. Sebut saja desainer Olivier Rousteing dari rumah mode Balmain 2015 yang dituduh meniru rancangan Alexander McQueen yang saat itu mendesain untuk rumah mode Givenchy 1997. Adapula desainer Phoebe Philo yang dituduh meniru rancangan Geoffrey Beene 2004 untuk koleksi Celine 2013. Desainer Karl Lagerfeld pun syok melihat fenomena ini, namun pemerhati mode melihat ada kemiripan namun dari sisi garmen yang dipakai dan warna memang berbeda.
Tanpa langsung menuduh Celine mencontek, orang yang mengunggah perbandingan tersebut dipertanyakan mendetail. Ia menjawab mungkin pihak Celine terinspirasi oleh Beene namun memang ada pengembangan desain dari model dari awal sampai akhir dan bukan yang tiba-tiba meniru satu potong tanpa ada kesatuan desain. Dan setelah diteliti, desainnya memang berbeda, di karya Beene, busana difoto dengan posisi lengan terikat, sedangkan di karya Celine foto itulah yang menjadi inspirasi dan lubang lengan dibuat berbeda di bagian samping.
Sebelum menilai seseorang menjiplak atau plagiat, harus perhatikan dahulu asal-usul karya asli maupun baru, proses desain yang dibuktikan dari karya lainnya yang memiliki benang merah, hingga tingkat kemiripan. Tidak bisa dipungkiri, desainer ternama sekalipun hobi membeli modeblat kumpulan karya desainer dunia, hanya sekedar untuk informasi, pembanding dan sumber inspirasi. Pada akhirnya selalu terlihat jelas mana yang terinspirasi dan mana yang malas dan kemudian menyontek. Semua itu juga hadir dengan konsekuensi reputasi nama baik yang tercemar.
(fer/asf)
Hobbies & Activities
Nunggu Countdown Tahun Baru Anti Bosan! 5 Board Game Ini Bisa Jadi Pilihan Penyelamat Suasana
Home & Living
Resolusi Bawa Bekal di Tahun Baru! 3 Lunch Box ini Bisa Jadi Opsi Andalan Anti Ribet
Home & Living
Masak Jadi Lebih Praktis & Stylish dengan Cypruz Cookware Set Granite Diecast
Health & Beauty
Bye Dark Circle & Blemish! Rekomendasi 3 Concealer Andalan Buat Wajah Flawless Tanpa Ribet
Sudah Lembur Tapi Gaji Masih Kurang? Ini Voucher Belanja Gratis Buat Kamu
Ada yang Baru di Wolipop, Kamu Bisa Minta Ramal Zodiak
Selamat! Ini Dia 25 Pemenang Detikcom Anti Bokek Awal Tahun
Cara Mudah Dapat Uang Tambahan dari Detikcom Saat Isi Dompet Menipis
Detikcom Bagi-bagi Bonus Buat Kamu yang Gaji Menipis karena Liburan
Kisah Wanita 35 Tahun Asal AS yang Belum Pernah Pacaran, Ungkap Masih Perawan
Gaya Prilly Latuconsina saat Gym Disorot, Pamer Perut Rata Pakai Sport Bra
Sosok Kontroversial CEO Telegram, Donor Sperma & Bagi Warisan ke 100 Anaknya
Gaya Nyentrik North West di Usia 12 Tahun, Pamer 'Gigi Hiu' Berlian











































