Muna dan Mohammed El-Kurd merupakan aktivis kembar yang berasal dari Palestina. Keduanya berhasil mengukir sejarah karena masuk ke dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia versi majalah Time.
Nama dua saudari kembar berusia 23 tahun tersebut merebak usai ikut kampanye menghentikan upaya Israel mengusir warga Palestina dari Sheikh Jarrah. Keluarga Muna dan Mohammed El-Kurd mengalami pemindahan paksa dari rumah mereka di daerah Yerusalem Timur yang diduduki Sheikh Jarrah.
Dikutip dari Aljazeera, pasukan Israel pernah menahan dan menginterogasi Muna dan Mohammed El-Kurd selama beberapa jam terkait kampanye tersebut. Dalam rekaman yang dibagikan di media sosial, Muna tampak diborgol dan dibawa oleh petugas keamanan keluar dari rumahnya.
"Melalui postingan di media sosial, aktivis bersaudara Mohammed dan Muna El-Kurd membuka mata dunia untuk melihat kehidupan di bawah pendudukan di Yerusalem Timur musim. Hal ini bisa membantu dan mendorong perubahan retorika internasional antara Israel dan Palestina," tulis majalah Time.
Masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia, Mohammad El-Kurd memberikan tanggapannya. Dia merasa kabar tersebut merupakan perkembangan yang positif terhadap Palestina. Akan tetapi menurutnya simbolisme saja tidak cukup untuk benar-benar mendukung perjuangan Palestina.
Muna dan Muhammed adalah dua aktivis yang gencar membela hak keluarga Palestina soal sengketa tanah di Sheikh Jarrah. Di media sosial Twitter, keduanya memiliki lebih dari 200.000 pengikut. Sementara di Instagram keduanya yang memiliki lebih dari 1,6 juta pengikut, mereka aktif kampanyekan melawan Israel dengan tagar #SheikhJarrah dan #SaveSheikhJarrah.
Selain Muna dan kembarannya Mohammed El-Kurd, sosok wanita lainnya yang berhasil masuk dalam 100 orang paling berpengaruh di dunia adalah pengacara hak asasi manusia Iran, Nasrin Sotoudeh. Pada 2019, dia ditangkap dan dijatuhi hukuman 38 tahun penjara. Dia mendapatkan 148 cambukan karena karyanya untuk memajukan hak-hak perempuan di Iran.
Nasrin Sotoudeh telah dibebaskan dari jeruji besi tahun lalu. Kebebasannya terjadi setelah demonstran melakukan aksi mogok makan selama 46 hari sebagai protes atas tuduhan kolusi, menyebarkan propaganda, dan menghina pemimpin tertinggi Iran.
(gaf/eny)