Ilmuwan Wanita Indonesia Meneliti Keong, Ungkap Manfaatnya untuk Kesehatan
Vina Oktiani - wolipop
Rabu, 27 Nov 2019 12:30 WIB
Jakarta
-
Lendir keong memang terkenal cukup bermanfaat bagi kesehatan, namun penelitian mengenai keong sendiri sebenarnya belum terlalu banyak. Hal ini lah yang mendorong ilmuwan wanita, Dr.rer.nat. Ayu Savitri Nurinsiyah, M. IL., M.Sc, untuk mengeksplorasi penemuan keong darat yang tepat dalam mengungkap potensi biodiversitas sebagai solusi masalah kesehatan. Ayu melihat banyak keistimewaan dari spesies keong, namun tidak banyak orang yang tertarik menelitinya. Padahal menurut Ayu, di luar negeri sendiri cukup banyak penelitian mengenai keong, salah satunya penelitian yang menghasilkan penemuan yang kemudian dijadikan solusi pada bahan kosmetik.
Ayu mengaku awalnya dirinya tertarik pada spesies keong saat mengetahui bahwa hewan tersebut memiliki manfaat menyembuhkan luka. Perkenalannya dengan manfaat keong itu terjadi ketika dia sedang berkumpul dengan keluarganya di hari Lebaran.
"Jadi waktu saya sedang ngumpul-ngumpul Lebaran sama keluarga itu, lagi main-main di kebun terus ada sepupu saya nginjek beling nggak sengaja dan berdarah. Terus tante saya ngambil bekicot tuh. Di crack sama dia sampai keluar lendir yang banyak badannya terus di tempel ke luka," kata wanita yang pernah meraih behasiswa di Harvard Summer School itu saat ditemui dalam acara For Women in Science di Auditorium Gedung D Dikti, Senayan, Jakarta pada Selasa (26/11/2019).
Ayu mengatakan setelah dioleskan lendir siput, luka sepupunya lalu menjadi menggumpal. Bukan kering, melainkan membeku, sehingga tidak ada lagi darah yang mengalir. Karena rasa penasarannya akan hal tersebut, akhirnya wanita yang pernah meraih gelar mahasiswi teladan di Universitas Padjajaran pada 2017 itu memutuskan untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang keong.
"Ternyata dia punya banyak fakta-fakta yang bisa bermanfaat gitu. Selain bisa nyembuhin sebagai obat, dia punya banyak kolagen, anti bakteri dan sebagainya," kata Ayu yang meraih gelar doktor dari Universitas Hamburg, Jerman.
Ayu mengaku telah mempelajari dan mencari tahu mengenai keong sejak 2006. Bahkan dia sudah menjadikan keong sebagai topik skripsinya sejak kuliah S-1 di Universitas Padjajaran. Sampai saat ini ilmuwan wanita yang bekerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut telah menemukan 22 jenis keong baru di Jawa.
Pada penelitiannya kali ini, Ayu akan meneliti jenis keong darat native dan endemik Jawa yang memiliki aktivitas antimikroba terampuh dari protein mucus (lendir)nya. Tujuan penelitiannya yaitu untuk mengungkap potensi biodiversitas Indonesia sebagai solusi dari masalah-masalah kesehatan. (vio/eny)
Ayu mengaku awalnya dirinya tertarik pada spesies keong saat mengetahui bahwa hewan tersebut memiliki manfaat menyembuhkan luka. Perkenalannya dengan manfaat keong itu terjadi ketika dia sedang berkumpul dengan keluarganya di hari Lebaran.
"Jadi waktu saya sedang ngumpul-ngumpul Lebaran sama keluarga itu, lagi main-main di kebun terus ada sepupu saya nginjek beling nggak sengaja dan berdarah. Terus tante saya ngambil bekicot tuh. Di crack sama dia sampai keluar lendir yang banyak badannya terus di tempel ke luka," kata wanita yang pernah meraih behasiswa di Harvard Summer School itu saat ditemui dalam acara For Women in Science di Auditorium Gedung D Dikti, Senayan, Jakarta pada Selasa (26/11/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ayu mengatakan setelah dioleskan lendir siput, luka sepupunya lalu menjadi menggumpal. Bukan kering, melainkan membeku, sehingga tidak ada lagi darah yang mengalir. Karena rasa penasarannya akan hal tersebut, akhirnya wanita yang pernah meraih gelar mahasiswi teladan di Universitas Padjajaran pada 2017 itu memutuskan untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang keong.
"Ternyata dia punya banyak fakta-fakta yang bisa bermanfaat gitu. Selain bisa nyembuhin sebagai obat, dia punya banyak kolagen, anti bakteri dan sebagainya," kata Ayu yang meraih gelar doktor dari Universitas Hamburg, Jerman.
Ayu mengaku telah mempelajari dan mencari tahu mengenai keong sejak 2006. Bahkan dia sudah menjadikan keong sebagai topik skripsinya sejak kuliah S-1 di Universitas Padjajaran. Sampai saat ini ilmuwan wanita yang bekerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut telah menemukan 22 jenis keong baru di Jawa.
Pada penelitiannya kali ini, Ayu akan meneliti jenis keong darat native dan endemik Jawa yang memiliki aktivitas antimikroba terampuh dari protein mucus (lendir)nya. Tujuan penelitiannya yaitu untuk mengungkap potensi biodiversitas Indonesia sebagai solusi dari masalah-masalah kesehatan. (vio/eny)
Health & Beauty
Gajian Cair? Saatnya Beli Skincare, Mediheal Skincare Pad Ini Layak Kamu Lirik!
Hobbies & Activities
Benston vs Rixton : Keyboard Foldable 88 Key, Mana yang Lebih Worth It untuk Pemula?
Health & Beauty
Rahasia Untuk Kulit Cerah & Kenyal dengan Dr Schatz Phyto Cell Mask
Home & Living
Rumah Lebih Rapi Tanpa Ribet? Rekomendasi 3 Storage Box Andalan yang Wajib Kamu Punya!
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Membanggakan, Kisah 3 Atlet RI Raih Emas di SEA Games 2025 Saat Hamil
Kaleidoskop 2025
5 Istilah Dunia Kerja yang Viral di 2025, Gen Z Wajib Tahu
5 Hal yang Bisa Cegah Kerjaan Jadi Chaos, Intip Caranya di Sini
Curhat Wanita yang Diduga Selingkuh di Konser Coldplay, Akui Naksir Bos
Member Boyband Sepi Job, Beralih Jadi Supir Bus Tuai Pujian Netizen
Most Popular
1
Venus Williams Resmi Menikah, Serena Williams Kasih Hadiah Yacht
2
Ramalan Zodiak 24 Desember: Taurus Perbaiki Hubungan, Gemini Berikan Dukungan
3
Foto: Dekorasi Pohon Natal Seleb Dunia, Punya Michael Buble Matching Sama Baju
4
Foto Natal Keluarga Meghan-Harry Jadi Perbincangan, Detail Ini Dinilai Aneh
5
9 Drama China Zhang Jingyi yang Populer dan Wajib Masuk Daftar Tontonan
MOST COMMENTED











































