Jika Canggu, Bali, sudah terlalu mainstream, masih banyak kawasan di sekitarnya yang dapat dieksplor. Bagi mereka yang ingin bersantai di beach club, tapi di lokasi yang jauh dari keramaian, maka tempat yang satu ini boleh dilirik.
Belum lama ini, kami berkunjung Luna Beach Club yang berada di Nuanu Creative City, Tabanan. Untuk mencapai lokasi dari Kuta, perjalanan harus melalui daerah Canggu yang lalu lintasnya hampir jarang padat merayap.
Kami mengarah Tanah Lot lewat jalanan utama, Jalan By Pass Tanah Lot, sebelum akhirnya berbelok kiri ke Jalan Pantai Nyanyi. Dari situ, butuh tambahan 10-15 menit untuk melewati jalan kecil yang sesekali berlubang sampai akhirnya tiba di parkiran utama Nuanu.
Mobil atau motor pengunjung hanya boleh sampai di area tersebut. Luna Beach Club berada di ujung Nuanu yang luas lahannya mencapai 44 hektar. Tersedia shuttle berupa buggy besar bertenaga listrik yang siap mengantar tamu menuju Luna atau area manapun di Nuanu.
'Perjuangan' selama perjalanan tadi akhirnya terbayarkan dengan keunikan arsitektur Nuanu yang memanjakan mata. Bayangkan sebuah gua, bukan bebatuan melainkan bambu. Begitu suasana yang terasa ketika melangkahkan kaki ke dalam.
Struktur bambu dramatis menjadi inti desain tempat ini. Dibangun oleh tangan-tangan terampil perajin lokal, struktur ini menjadi latar sempurna untuk dua kolam renang yang menyatu. Kolam ini meluncur menuju area tebing, memberikan panorama laut lepas Samudra Hindia yang memukau.
Ada banyak pilihan tempat untuk bersantai dan bersantap. Selain restoran berkonsep casual dining di dalam, Luna Beach Club juga memiliki Luna Beer Garden yang mengombinasikan bar dan outdoor lounge.
Luna Beer Garden menawarkan daya tarik tersendiri. Menu-menu di sini didominasi oleh light bites seperti truffle fries, burger, hingga pizza untuk menemani sesi cocktail sambil menikmati suasana Pantai Nyanyi dengan suara deburan ombak yang makin melengkapi pengalaman kuliner di sini.Dari segi harga, masih cukup masuk akal untuk ukuran sebuah beach club. Mulai dari Rp 60.000 untuk makanan.
Menariknya, hidangan panggang diolah dengan menggunakan 'earth oven', yaitu panggangan berbentuk lubang yang tertanam di dalam tanah.Panas arang yang terperangkap kemudian digunakan untuk memanggang, mengasapi, atau mengukus makanan sehingga memberikan rasa tanah yang unik. Teknik ini masih ditemui di Selandia Baru, Amerika Latin, dan pulau-pulau di Pasifik Selatan.
Menara Kayu Sarat Filosofi
Keunikan arsitektur makin lengkap dengan menara kayu yang berdiri kokoh di pelataran Luna dekat bibir pantai. Dinamai 'Tri Hita Karana' (THK), bangunan setinggi 30 meter ini dirancang mengikuti DNA Nuanu yang mengedepankan sustainability atau keberlanjutan.
Kami sempat berbincang dengan Direktur Komunikasi dan Brand Nuanu Ida Ayu Astari Prada tentang filosofi di balik Menara THK. "THK Tower tidak hanya menjadi penghormatan bagi masyarakat Bali, tetapi juga dibangun menggunakan bahan-bahan yang diberi kehidupan kedua oleh tangan-tangan terbaik para perajin dan seniman lokal," katanya.
'Tri Hita Karana' merupakan filosofi hidup yang dianut umat Hindu Bali bahwa kebahagiaan hidup berpusat pada tiga keharmonisan hubungan, yakni sesama manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Dalam kaitannya dengan alam, material utama yang digunakan untuk mendirikan THK Tower berasal dari balok-balok kayu ulin bekas konstruksi jembatan yang terbengkalai. Material rotan yang mengitari menara menjadi highlight lainnya. Proyek ini melibatkan Chiko Wirahadi, seniman lokal Bali yang menangani konstruksi rotan tersebut.
Dari puncak menara yang dirancang oleh arsitek Prancis Arthur Mamou-Mani, pengunjung dapat menikmati pemandangan 360 derajat setelah menaiki 108 anak tangga. Namun sayangnya, fasilitas tersebut belum dibuka untuk publik.
Untuk sementara ini, pengunjung dimanjakan dulu dengan permainan proyeksi visual yang menghiasi THK Tower pada malam hari.
Simak Video "Video Chiki Fawzi Terjun ke Daerah Terdampak Banjir: Kayak Tempat Zombie"
(dtg/dtg)