Seruan frugal living ramai didengungkan di media sosial sebagai respons netizen terhadap wacana kenaikan pajak penghasilan (PPN). Kenaikan tarif PPN sebesar 12% pada 2025 dinilai akan semakin memberatkan masyarakat.
Frugal living adalah gaya hidup yang menekankan pengeluaran bijaksana dan sehemat mungkin, dengan memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan. Tujuan frugal living untuk mengelola keuangan secara efisien, menghindari pemborosan, dan menabung lebih banyak demi masa depan lebih stabil.
Namun perlu ditekankan bahwa ketika orang menerapkan frugal living bukan berarti dia hidup tanpa apapun. Esensi dari gaya hidup ini adalah hidup hemat dengan cara memprioritaskan pengeluaran hanya untuk barang-barang penting saja.
Prinsip ini bukan sekadar tentang menghemat uang, tetapi juga menjalani hidup yang lebih sederhana dan sadar, dengan fokus pada hal-hal yang benar-benar bernilai. Misalnya saja belanja cerdas dengan memanfaatkan voucher diskon, membeli barang bekas yang kualitasnya masih bagus, masak di rumah, mengurangi biaya langganan jasa yang tidak penting, memperbaiki barang sendiri (DIY), menabung secara otomatis hingga investasi jangka panjang.
Frugal living juga lebih mengutamakan membeli barang berkualitas dengan ketahanan lama sampai bertahun-tahun. Saat ingin bersenang-senang, lebih memanfaatkan acara yang tidak perlu biaya atau harganya seminim mungkin, seperti menghadiri festival lokal, konser terbuka, pameran gratis, perpustakaan atau ke museum.
Perbedaan Frugal Living dan Gaya Hidup Minimalis
Sebelum frugal living ramai digaungkan, muncul juga ajakan untuk menjalani gaya hidup minimalis, yang sempat tren di awal 2010. Dua gaya hidup ini sebenarnya memiliki tujuan yang hampir sama, yakni berhemat sebisa mungkin untuk hidup lebih sejahtera hanya saja penerapannya sedikit berbeda.
Klik halaman selanjutnya untuk mengetahui apa itu gaya hidup minimalis.
(hst/hst)