Memiliki uang dan berstatus putri kerajaan tampaknya tak membuat Putri Aiko suka berfoya-foya. Di kesehariannya, wanita 23 tahun itu bahkan disebut cukup hemat dan tidak suka mengenakan barang-barang mahal. Gaya hidupnya yang sederhana pun tengah menjadi perbincangan di kalangan publik Jepang. Dikatakan jika sang putri bahkan memakai botol minum yang sama sejak SMP.
Belakangan banyak botol atau tumbler yang dihadirkan dengan berbagai model, warna, dan teknologi menarik. Tapi Putri Aiko masih setia dengan tempat minum yang dibelinya ketika kelas 1 SMP. Dilansir situs MK, barang itu harganya bisa dibilang murah yakni 800 yen atau sekitar Rp 83 ribuan tapi masih awet dan dipakai 10 tahun kemudian.
Tempat minum tersebut tampaknya cukup spesial bagi Putri Aiko. Dikatakan jika botolnya memiliki gambar seekor anjing pendamping yang biasanya membantu orang sakit atau berkebutuhan khusus. Botol itu dibelinya dari organisasi iMate yang melakukan pelatihan pada anjing-anjing.
Botol itu memang memiliki kisah tersendiri. Ketika masih kelas 1 SMP, Putri Aiko berniat untuk membantu organisasi tapi tidak bisa berbuat banyak karena keterbatasan uang jajan. Ketika itu, Kaisar Jepang Naruhito akhirnya memberikannya uang untuk membeli tempat minum yang dijual sebagai bentuk donasi.
Princess Aiko sendiri dikenal sebagai gadis yang dermawan. Ia diketahui aktif menjalani kegiatan sosial dan bekerja di organisasi Palang Merah yang memiliki hubungan dekat dengan keluarga kekaisaran di mana Permaisuri Masako pernah menjabat sebagai presiden kehormatan.
Sebagai petugas Palang Merah di Bangsal Minato sejak Januari 2024, sang putri disebut melakukan berbagai kegiatan, mulai dari menjawab telepon hingga membuang sampah. "Itu tidak terlalu signifikan tapi aku harap itu bisa menolong orang dan masyarakat bahkan jika sedikit," ujarnya.
Aiko merupakan putri satu-satunya Kaisar Naruhito tapi tidak akan menjadi pewaris tahta ayahnya. Dalam kekaisaran Jepang tahta hanya akan diberikan kepada laki-laki.
Putri Aiko pun diharapkan untuk menikah dengan pria bergelar bangsawan Jepang. Jika tidak ia tidak akan lagi mendapat gelar bahkan kekayaan dari keluarga. Sedangkan bangsawan yang tersisa di Jepang sendiri kini sudah tidak banyak. Mengenai pernikahan sendiri, sang putri mengaku belum terlalu memikirkannya.
(ami/ami)