Alis dari Masa ke Masa, Dilukis dengan Karbon Hingga ala Grace Kelly

Jakarta -

Dalam merias wajah, alis menjadi salah satu bagian yang tidak dapat terlewatkan. Fungsi utamanya untuk mempertegas dan memberikan karakter bagi wajah. Maka tak heran para wanita rela berlama-lama di depan cermin hanya untuk membentuk alisnya. Perkembangan bentuk alis pun kini semakin beraneka ragam, mulai dari alis tipis bergelombang hingga alis tebal dan lebar.

Tetapi sebenarnya, seni membentuk alis ini sudah ada sejak zaman Mesir Kuno yaitu sekitar tahun 3.500 sebelum masehi. Baik pria maupun wanita menggunakan riasan pada alisnya untuk menunjukkan kekuatan supranatural yang dimilikinya.

Selain itu, pemakaian alis tebal dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan dan pemujaan kepada dewa Horus, dewa tertua dan paling dihormati. Di zaman ini, alis berbentuk lebih melengkung dan memanjang dan dilukis dengan menggunakan bahan karbon hitam.

Berlanjut pada zaman Yunani Kuno, alis digambarkan sebagai status para wanita. Mereka yang sudah menikah memiliki alis yang terbentuk dengan alami, dan bagi mereka yang belum atau tidak menikah, alis dibentuk menggunakan dupa atau kemenyan hitam hingga terlihat sangat pekat.

Sedangkan di zaman Romawi Kuno, para wanita lebih memiliki kebebasan dalam ritual kecantikan mereka. Rambut-rambut alis yang berada di atas hidung dibiarkan tumbuh untuk menghubungkan alis kanan dan kiri. Hal ini dianggap sebagai karakteristik yang menggambarkan kecerdasan sehingga banyak para wanita yang memiliki alis menyambung pada saat itu.

Di tahun 1066 sampai 1485, para wanita memberikan perhatian khusus pada wajahnya demi menginginkan struktur wajah yang memiliki karakter. Caranya adalah dengan mencabut sebagian besar alis mereka hingga menjadi tipis dan hampir tak terlihat. Jenis alis seperti ini masih bertahan hingga zaman Ratu Elizabeth berkuasa. Banyak dari mereka yang mewarnai alis mereka dengan warna merah sebagai bentuk penghormatan pada Ratu Elizabeth.

Alis setipis jarum sempat menjadi tren pada tahun 20-an bagi para wanita untuk mengekspresikan dirinya. Dengan menggunakan pensil alis, mereka menggambar alis yang lurus dan tipis hingga melampaui sudut luar mata.

Di tahun 40-an, aktris Grace Kelly dan Lauren Bacall sukses memukau para wanita dengan alis yang tebal dan lengkungan atau arched yang sangat menonjol. Perkembangan ini berlanjut terus ke tahun 50-an dengan menampilkan Marilyn Monroe, Audrey Hepburn, dan Elizabeth Taylor yang merupakan wajah-wajah ikonik dengan alis tebal dan rapi.

Sophia Loren adalah salah satu aktris pada tahun 60-an yang memiliki gaya unik dalam menata alisnya. Ia mencukur semua alisnya kemudian menggambarnya dengan teknik arsiran hingga alis terlihat tebal dan penuh namun tetap terkesan alami.

Tahun 90-an merupakan tahun dengan bentuk alis yang beragam namun masih eksis dengan teknik pencabutan dengan menggunakan pinset (tweezer) yang sempat dipopulerkan oleh Drew Barrymore dan Pamela Andreson. Model Kristen McMenamy juga mencabuti alisnya dan sempat membuat kariernya melesat.

Perkembangan alis ini memang akan terus berputar dari masa ke masa sesuai dengan tren yang berkembang pada saat itu. Namun sejak tahun 2014 lalu, tren alis tebal dan natural kembali berjaya setelah dipopulerkan kembali oleh model Cara Delevingne. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat alis tampak tebal mulai dari menggunakan pensil alis, maskara alis, hingga cara instan seperti teknik sulam alis atau shading alis tiga dimensi.

(int/eny)