Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Bau Ketiak Wanita Bisa Bikin Pria Lebih Tenang, Tapi Hanya di Siklus Ini

Kiki Oktaviani - wolipop
Selasa, 16 Sep 2025 05:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ilustrasi ketiak
Ilustrasi Foto: Getty Images/kitthanes
Jakarta -

Sebuah penelitian terbaru dari Jepang mengungkap fakta mengejutkan. Ternyata bau tubuh wanita, khususnya dari area ketiak, ternyata dapat mempengaruhi perilaku pria. Tidak hanya meningkatkan ketertarikan, aroma tersebut juga mampu memberikan efek menenangkan, namun hanya pada waktu tertentu dalam siklus bulanan wanita.

Riset sebelumnya menunjukkan bahwa aroma tubuh wanita berubah sepanjang siklus menstruasi, dengan aroma yang lebih menarik bagi pria saat masa ovulasi, ketika kesuburan berada di puncaknya. Namun, campuran kimia yang mempengaruhi perubahan tersebut selama ini masih menjadi misteri.

Tim peneliti dari Universitas Tokyo berhasil mengidentifikasi tiga senyawa dalam aroma tubuh yang berubah seiring siklus menstruasi dan memuncak saat ovulasi. Ketika senyawa ini ditambahkan ke sampel keringat ketiak, para pria menilai aromanya lebih menyenangkan, sementara wajah wanita yang ditampilkan bersama aroma tersebut terlihat lebih menarik dan feminin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menariknya, para peserta pria juga menunjukkan penurunan kadar biomarker stres dalam air liur setelah mencium aroma tersebut.

Ilustrasi ketiakIlustrasi ketiak Foto: Getty Images/kitthanes

"Hasil ini menunjukkan bahwa bau tubuh dapat berperan dalam komunikasi antara pria dan wanita," kata Dr. Kazushige Touhara, profesor di Departemen Kimia Biologi Terapan Universitas Tokyo yang memimpin penelitian tersebut, seperti dikutip dari New York Post.

ADVERTISEMENT

Temuan ini kemudian membuka pertanyaan yang lebih luas mengenai peran zat kimia alami tubuh dalam interaksi manusia. Dalam dunia hewan, pheromone atau sering disebut 'zat kimia cinta' berfungsi penting untuk sinyal kawin, ikatan sosial, hingga penanda wilayah. Namun, efektivitas pheromone pada manusia masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan.

"Kami tidak bisa menyimpulkan secara pasti bahwa senyawa yang kami temukan saat masa ovulasi adalah pheromone manusia. Saat ini, kami hanya dapat mengatakan bahwa senyawa tersebut mungkin termasuk senyawa mirip pheromone," jelas Touhara.

(kik/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads