Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Liputan Khusus Fictophilia

Waspada, Ini Tanda Anda Terjangkit Fictophilia

Intan Kemala Sari - wolipop
Jumat, 15 Mei 2015 19:13 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Dok. Thinkstock
Jakarta - Membaca novel bagi sebagian orang merupakan hobi yang bisa dilakukan pada waktu luang. Tetapi tidak bagi fictophilia, mereka seolah memiliki suatu keharusan untuk membaca novel terus-menerus agar bisa bertemu dan membayangkan karakter pujaan yang ada di dalam novel tersebut.

Fictophilia adalah suatu kondisi di mana seseorang merasa jatuh cinta, keinginan untuk memiliki, bahkan timbul daya tarik seksual kepada suatu tokoh imajiner yang ada di dalam novel. Penderita fictophilia ini memiliki anggapan bahwa tokoh tersebut merupakan sosok pasangan idealnya sehingga tidak masalah untuk jatuh cinta.

Zoya Amirin selaku psikolog seksual menuturkan, pengidap fictophilia yang umumnya kebanyakan wanita, biasanya berperilaku seperti orang-orang normal. Namun jika diteliti lebih lanjut, ada beberapa hal yang membuatnya tampak berbeda dan bisa menjadi suatu tanda jika ia memang mengidap fictophilia. Seperti apa tandanya?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Membanding-bandingkan
Jika ia sering membandingkan pasangan atau orang 'nyata' dengan tokoh fiktif di dalam novel, Zoya mengatakan ini adalah salah satu tanda seseorang mengalami gangguan kepribadian tersebut.

"Dia harus tahu seberapa sering dia membanding-bandingkan orang yang ada di sekitarnya dengan tokoh fiktif. Kalau ternyata sering banget bahkan hampir selalu, itu sudah mulai terganggu kepribadiannya," tutur ketua komunitas studi perilaku seksual itu saat dihubungi Wolipop, Senin (11/5/2015).

2. Berusaha Mengubah Pasangan
Tak hanya para wanita jomblo, wanita yang sudah memiliki pasangan pun juga bisa terkena fictophilia. Ia tak segan-segan menyuruh kekasihnya berubah menjadi pria idamannya yang ada di dalam novel. Hal ini sebenarnya sudah tidak wajar.

"Jadi dia nggak bisa nerima pacarnya apa adanya dan memaksakan kehendaknya," kata psikolog yang mengambil studi seksologi di Universitas Udayana Bali ini.

3. Dilakukan Berulang-ulang
Zoya mengatakan, jika wanita terus membanding-bandingkan dan berusaha mengubah pasangan sesuai dengan karakter fiktif di dalam novel tersebut, tanpa sadar ia sudah melakukan hal yang kurang tepat.

"Mungkin dia pikirnya sekali dua kali nggak apa-apa, tapi lama-lama jari sering. Mereka anggapnya tidak apa-apa, padahal itu sudah mulai terjadi gangguan pada kepribadiannya. Mau bagaimanapun, membandingkan orang nyata dengan tokoh fiktif khayalan itu nggak fair," tutupnya.

(int/aln)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads