Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Liputan Khusus LDR Pasca Nikah

Curhat Para Istri yang LDR dengan Suami, Sulit Hamil Hingga Komunikasi

wolipop
Jumat, 27 Jun 2014 13:15 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Dok. Thinkstock
Jakarta - Menjalani hubungan jarak jauh setelah menikah tidaklah mudah. Lika-liku harus dilalui pasangan suami-istri LDR (long distance relationship) ini baik saat belum punya anak maupun ketika sudah dikaruniai momongan. Wolipop pun merangkum curhatan para istri yang terpisah jarak dengan suaminya. Berikut ini cerita para istri yang berusaha tegar menjalani LDR, melalui email yang dikirim ke redaksi Wolipop:

Lucy
LDR saya jalani selama tujuh tahun. Mulai dari awal nikah kami tidak pernah hidup satu atap. Sampai sekarang sudah dikaruniai dua anak pun kami masih berjauhan. Mulai dia di Jakarta, saya di Bandung dan sekarang dia pindah lagi ke Palembang. Rasa iri terhadap hubungan normal sangat besar. Bisa dibayangkan ketika lagi hamil nggak pernah dianter suami waktu cek ke dokter. Tapi bagaimanapun juga saya harus bisa bertahan dan menghadapinya ini bersama anak-anak.

Tya
Saya dan suami pacaran lima tahun sebelum akhirnya kita menikah. Setelah menikah, suami langsung penempatan kerja di Jakarta sedangkan saya stay di Yogyakarta. Saat awal masa LDR cukup membutuhkan penyesuaian, mengingat saat pacaran selama lima tahun kita ada di satu kota, terasa sekali perubahannya. Tetapi beruntung suami bisa pulang setiap minggu, kecuali ada dinas luar kota yang tidak memungkinkan untuk dia pulang ke Yogya. Sekarang anak kami sudah dua, usianya lima tahun dan tujuh bulan. Tidak terasa sudah tujuh tahun kami LDR, dan semua berjalan seperti biasanya, setiap saat telepon (dalam sehari bisa 4-6 kali telepon), apapun topik yang membutuhkan kesepakatan berdua akan langsung kita bahas. Suami juga masih rutin setiap minggu pulang. Intinya menurut kami adalah komunikasi dan komitmen untuk selalu saling menjaga kepercayaan pasangan. Dan lucunya, anak kami yang besar sudah terbiasa dengan jadwal ayahnya pulang. Jadi setiap hari Jumat dia senang sekali karena ayahnya akan pulang, dan setiap Senin dia berpesan pada ayahnya, "hati2 ayah, met ngantor yaaa..."

Vetty
Setelah menikah dua bulan, dari tahun 2007, saya dan pasangan harus terpisahkan oleh pekerjaan. Awalnya saya komplain dan nggak bisa terima...karena waktu pacaran setiap hari bertemu muka, masa sesudah menikah malah terpisah? Alasan suami klise untuk masa depan yang lebih baik, alhasil saya harus terima. Berat memang, apalagi harus menjalani apa-apa sendiri dan memutuskan sendiri. Paling sedih waktu kehamilan anak pertama, karena mesti ke dokter sendiri buat kontrol, sampai saya harus mengalami pregnant blues n baby blues.

Suami pulang dua bln sekali, sekalinya pulang pun hanya lima hari dan itupun sibuk dengan urusan pekerjaan. Soal komunikasi? Begitu buruk sampai-sampai dia jarang telepon dan sekalinya telpon, saya bingung harus ngobrol apa. Sekalinya dia pulang ke rumah, saya malah merasa dia seperti orang asing karena saya sudah terbiasa sendiri. Mengatasi hal-hal seperti itu, saya fokus pada anak dan usaha saya. Sy menjalani kehidupan seperti itu kurang lebih enam tahun. Dan sekarang buah manispun sudah saya nikmati, suami membuktikan semua perkataannya untuk memberikan masa depan yang lebih baik.

Risma
Pernikahan saya sudah berjalan dua tahun lebih. Suami saya sekarang kerja di Kalimantan Selatan. Awalnya terasa berat tapi lama kelamaan jadi biasa. Karena suami saya kerja ditambang, pasti jaringan di tambang jelek, kadang nggak bisa telepon, kadang bisa skype kalo wifi nyala. Kalo jaringan mati total ya sabar aja.
Dulu saya brenti kerja untuk persiapan kehamilan tapi karena blm hamil juga jadi saya kerja lagi. Susahnya kalo suami cuti, tapi saya lgi datang bulan jdi susah hamilnya. Bagusnya kalau LDR itu, pas ketemu pasti semakin mesra.

Nani
Saya baru menikah dengan suami Juni 2013. Baru 10 hari menikah, saya langsung ditinggal suami yang harus pulang ke Amerika Serikat, negara di mana dia berdomisili selama ini. Setelah menikah saya merasakan perbedaan yang lumayan significant.. suami jadi overprotective.. oversensitive juga.. salah ngomong dikit di chat jadi ngambek. Perbedaan waktu selama 13 jam membuat kami kesulitan untuk Skype atau Webcam. Saya sebenarnya ingin mengakhiri hubungan LDR ini, tapi kenyataannya, visa saya sulit dan lama sekali pengurusannya.. mungkin dikarenakan saya mengurus spouse visa dan bukan tourist visa..

Rohani Niwang
Dulu aku dan suamiku tinggal bersama di Papua tepatnya di Merauke. Dari awal pacaran hingga menikah di Papua. Namun setelah aku melahirkan anak, perusahaan tempat kami bekerja memutasikan aku ke kantor pusat di Jakarta. Dan atas pertimbangan banyak hal, termasuk demi kesehatan anak yang sering sakit dan perlu perawatan yang intensif, akhirnya suamiku mengijinkan aku tinggal di Jakarta. Dan kini dari tahun 2011 sampai sekarang aku dan suami LDR dan setiap 1 tahun sekali suamiku baru pulang ke Jakarta.

Enaknya LDR ini kita bisa melakukan kegiatan tanpa gangguan yang menyangkut suami, tapi sangat tertekan juga. Saat anak sakit, atau saat lampu ada yang mati atau merasa tidak nyaman tinggal di rumah yang tanpa laki-laki, juga saat anak bertanya KENAPA TEMANKU ADA AYAHNYA KOQ AKU AYAHNYA GAK BERSAMA? Sangat sedih dan sulit menjelaskan tentang hal ini.

Kezia
Saya Menikah Desember 2013 dan sedang hamil 6 bulan. Di satu sisi saya sudah terbiasa berhubungan jarak jauh dengan suami semenjak pacaran lima tahun lalu yang kemana-mana sendiri. Tetapi di sisi lain dengan keadaan seperti ini saya kadang tidak sanggup saat hamil muda yang mengidam sendiri tanpa dia melihat susahnya karena saya masih dengan orangtua di jakarta dan suamiku di Medan bekerja sebagai PNS. Memang pada saat bertemu kami lebih manja dan mesra. Kendala LDR suka salah paham dalam komunikasi.


(eny/eny)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads