Tiffany Wedekind menua lebih cepat tua daripada orang normal. Sejak usia muda, Tiffany sudah mengalami kerontokan rambut dan gigi yang membuatnya tampak seperti nenek-nenek. Meski begitu, Tiffany tidak membiarkan penampilan dan kondisi tersebut menghalanginya hidup maksimal. Ia pun menyebut menjadi tua adalah sebuah privilese.
Tiffany adalah satu dari satu juta orang yang mengalami sindrom langka Hutchinson-Gilford progeria yang membuatnya 10 kali lebih cepat menua. Sejak didiagnosa pada usia 31, penyakit itu membuatnya menderita namun ia masih bersyukur bisa hidup. Kebanyakan orang yang mengidap kondisi Tiffany disebut jarang bertahan sampai melewati usia dewasa sedangkan ia tahun ini sudah berumur 47.
Dilansir NY Post, Tiffany berusaha tetap menjalani aktif berkegiatan selagi menderita stenosis katup aorta yang disebabkan kondisinya. Dikatakan jika baru-baru ini, Tiffany menjalani perceraian, memulai bisnis baru, dan melakukan yoga setiap hari. Ia pun dipuji karena bisa mendirikan sebuah studio dan perusahaan lilin bernama from Columbus.
"Kematianku ada di depan mataku setiap hari. Tapi aku sering lupa waktu. Aku telah menjalani beberapa kehidupan dalam kehidupanku yang tidak terduga. Aku tahu hidupku bisa berakhir begitu saja,"
"Kamu tidak harus takut akan kematian. Kita semua ada di kapal yang sama. Aku tidak takut untuk menunjukkan diriku sendiri, botak, dan ompong. Orang-orang perlu melihat aku sampai intinya. Tidak masalah aku tidak punya rambut. Aku adalah aku walaupun kenyataannya aku semakin layu,"ucapnya.
Tiffany bukan satu-satunya orang di keluarganya yang mengidap sindrom tersebut. Kakak lelakinya, Chad, juga mengalami hal yang sama. Mereka disebut mulai menyadari perubahan fitur wajah, berkurangnya gigi dan rambut pada usia 20an. Sayangnya Chad telah meninggal pada 2011 karena serangan jantung.
Wanita itu mengaku telah mengalami berbagai hal yang bikin trauma dalam hidupnya, termasuk kehilangan saudara dan ibu. Ketika itu, ia semakin sadar bahwa hidup berjalan terlalu cepat dan ia berhasil melewati ekspektasi usia yang diprediksi para dokter.
Saat menyadari hal tersebut, Tiffany memutuskan untuk bercerai dari delapan tahun pernikahan, berhenti kerja, dan mulai bisnisnya sendiri. Kini ia lebih fokus pada diri sendiri daripada merasakan penderitaan sakitnya.
"Aku sering lupa bahwa aku menderita progeria. Aku sibuk menjalani hidup. Orang-orang tidak menyadari bahwa tubuh kita adalah mesin yang harus kita rawat. Aku melihat orang-orang menghancurkan eksistensi mereka sendiri," kata Tiffany.
Di zaman ini banyak orang yang berusaha semaksimal mungkin menghindari penuaan. Karena itu, Tiffany mengingatkan kepada orang-orang bahwa bisa menua adalah sebuah keberuntungan. "Orang komplain tentang menua, keriput. Itu tidak akan jadi masalah. Aku hanya fokus menjalani hidup," ujarnya lagi.
(ami/ami)