Pekan mode busana pria di Paris untuk musim gugur dan dingin 2025 berlanjut di Paris, Prancis. Di presentasi Louis Vuitton, Pharrell Williams mempersembahkan koleksi spesial buah kolaborasinya dengan kolega akrab sesama desainer, Nigo.
Sebetulnya, sinergi antara Pharrell Williams dan Nigo bukan sesuatu yang asing. Bertemu pada awal 2000-an, Pharrell menggandeng Nigo, desainer yang kala itu masih berbasis di Tokyo, Jepang, untuk mendirikan label Billionaire Boys Club. Sebelumnya, Nigo sudah dikenal di ranah streetwear lewat jenama besutannya A Bathing Ape.
Kemitraan keduanya terus berlanjut, termasuk di luar Billionaire Boys Club yang kini masih eksis setelah 22 tahun berdiri. Peragaan yang berlangsung di Cour Carrée du Louvre itu sebenarnya mengulang kolabarasi pertama mereka untuk Louis Vuitton yang terjadi pada 2004. Keduanya berkesempatan untuk mendesain sebuah kacamata yang dinamai 'The Millionaraires' dan sampai kini masih menjadi salah satu aksesori wajib bagi rumah mode Prancis tersebut.
Tak heran bila kolaborasi teranyar mereka sangat dinanti. Apalagi setelah masing-masing sukses meniti karier sebagai desainer mode. Pharrell sebagai direktur kreatif busana pria Louis Vuitton, sementara Nigo memimpin tim desain Kenzo. Dua fashion powerhouse yang sama-sama berada di bawah naungan LVMH.
Tentu bos LVMH Bernard Arnault, satu dari tiga orang terkaya di dunia, tak melewatkan presentasi spesial ini setelah sehari sebelumnya menghadiri seremoni inaugurasi Presiden ke-47 Amerika Serikat Donald Trump bersama kedua anaknya, Delphine dan Alexandre. Hadir pula aktor Bradley Cooper dan Adrien Brody yang perannya di film 'The Brutalist' membuahkan piala Golden Globes 2025.
Seperti nostalgia mereka di Louis Vuitton, kreasi kali ini merayakan sejarah sekaligus masa depan. Sekitar 80 busana yang tampil dideskripsikan sebagai wujud persahabatan seumur hidup hasil eksplorasi mendalam yang mencerminkan warisan craftsmanship khas Louis Vuitton dan inovasi kontemporer.
Ide tersebut tervisualisasikan dengan jelas lewat deretan siluet klasik tas Louis Vuitton, seperti Speedy atau Keepall, yang kini dihiasi berbagai variasi gantungan kunci. Aksesori yang mungkin akan sangat diapresiasi oleh klien loyal pasca-euforia Labubu, gantungan berbentuk monster berbulu nan menggemaskan yang fenomenal itu.
Sulit pula bagi top spender Louis Vuitton untuk tak melirik tas berbentuk eksperimental. Melanjutkan warisan mendiang Virgil Abloh (seperti tas berbentuk pesawat yang saat ini bernilai US$ 60.000 atau hampir Rp 1 miliar di situs lelang Sotheby's), Pharrell dan Nigo menyertakan tas 'lobster' dalam monogram LV yang ikonis.
Di jajaran busana, koleksi ini memadukan estetika urban awal 2000-an dengan keanggunan dandy-isme khas Louis Vuitton. Beberapa highlight koleksi meliputi Bomber Jacket Berornamen Bunga Kuning, sebuah pernyataan yang menghormati simbolisme heroik, lalu Parka Hybrid yang memadukan dua desain yang memberikan kesan futuristis, Varsity Jacket yang dibuat dari kulit premium Louis Vuitton, dihiasi insignia yang berkelas.
Untuk bawahan, celana berpotongan boot-cut yang melebar di bagian bawah mendominasi sebagai alternatif tren setahun mendatang. Palet coklat, termasuk mocha mousse yang dinobatkan Pantone sebagai Color of the Year 2025, cukup intens menghiasi. Termasuk pula pakaian-pakaian berwarna pink.
Tailoring inovatif juga menjadi tema utama. Unsur tradisional diberi sentuhan kasual, seperti potongan crop berbahan kulit atau teknik konstruksi Jepang. Selain itu, sentuhan subkultur seperti rockabilly dan mod juga hadir, memberikan penghormatan kepada elemen budaya yang memengaruhi arsip dan ekspresi artistik Pharrell dan Nigo.
Simak Video "Video Mengenal Kemenyan yang Ingin Dihilirisasi Wapres Gibran"
(dtg/dtg)