Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Makna Baju Adat Betawi yang Dipakai Prabowo Saat Dilantik Jadi Presiden RI

Hestianingsih Hestianingsih - wolipop
Senin, 21 Okt 2024 13:34 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Presiden terpilih, Prabowo Subianto, tiba di gedung DPR/MPR jelang pelantikan.
Presiden terpilih, Prabowo Subianto, tiba di gedung DPR/MPR jelang pelantikan. Foto: 20Detik
Jakarta -

Prabowo Subianto memakai baju adat Betawi saat pelantikan presiden dan wakil predisen periode 2024-2029 di Gedung DPR/MPR, Minggu (20/10/2024). Ada makna filosofis di balik pilihan busananya.

Presiden terpilih Republik Indonesia ini tampak mengenakan beskap dan celana biru tua, dengan kain songket yang dililit di bagian pinggang hingga lutut. Pin rantai yang disematkan pada lapel hadir sebagai aksen pelengkap busana, begitu pula dengan peci hitam dan sepatu pantofel.

Prabowo diketahui mengenakan busana adat Betawi bernama ujung serong. Kain tak sekadar sebagai elemen dekoratif, tapi juga menyimpan makna simbolis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) resmi menyerahkan tongkat estafet jabatan ke Prabowo Subianto yang telah resmi dilantik sebagai presiden. Prosesi serah terima jabatan itu digelar di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (20/10/2024).Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) resmi menyerahkan tongkat estafet jabatan ke Prabowo Subianto yang telah resmi dilantik sebagai presiden. Prosesi serah terima jabatan itu digelar di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (20/10/2024). Foto: Grandyos Zafna

Seperti dikutip dari situs BPMI Setpres, jas beskap panjang melambangkan kewibawaan, kesederhanaan dan kebijaksanaan. Adapun kain ujung serong memiliki motif gigi balang, yang terinspirasi dari bentuk gunung, berupa segitiga atau cagak.

Motif ini melambangkan hubungan baik dengan Tuhan, manusia, dan alam semesta. Tak hanya itu, motif ini juga perlambang gagah, kokoh dan berwibawa.

ADVERTISEMENT

Dalam kebudayaan Betawi, jas tutup ujung serong awalnya hanya digunakan kalangan bangsawan. Baju resmi dikenakan oleh para demang, yakni gelar kepala daerah, kepala distrik, atau wedana pada zaman kolonial Belanda.

Namun seiring perkembangan zaman, busana adat ini umum dikenakan oleh para tetua adat, tokoh masyarakat, dan pria dewasa dalam acara-acara penting. Misalnya saja pernikahan, upacara adat, atau saat menghadiri acara resmi lainnya.

(hst/hst)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads