×
Ad

Sejauh Mata Memandang Buka Ruang Kolaborasi Demi Capai Kedaulatan Sandang RI

Daniel Ngantung - wolipop
Kamis, 08 Agu 2024 11:15 WIB
Peluncuran wadah kolaborasi bernama Studio Sejauh oleh jenama Sejauh Mata Memandang di Pekalongan, Jawa Tengah, pada Rabu (7/8/2024). (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)
Pekalongan -

Chitra Subyakto merayakan 10 tahun eksistensi jenama mode Sejauh Mata Memandang (SMM) besutannya dengan spirit kolaborasi demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat sandang. Satu dekade tersebut ditandai dengan kehadiran Studio Sejauh di Pekalongan, Jawa Tengah.

Studio Sejauh bukan lini baru, melainkan sebuah wadah untuk mempertemukan para insan kreatif dengan para pelaku industri sandang (dari artisan, petani, UMKM, komunitas, pelaku bisnis mode hingga masyarakat luas) yang sama-sama memiliki kepedulian pada isu keberlanjutan dan lingkungan.

Chitra Subyakto, pendiri dan direktur kreatif Sejauh Mata Memandang, berbicara di peluncuran Studio Sejauh di The Sidji Hotel, Pekalongan, Jawa Tengah, pada Rabu (7/8/2024). (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

"Dalam perjalanan 10 tahun ini, kami belajar banyak sekali dan bertemu dengan banyak orang pintar yang juga ikut berkontribusi dalam mengembangkan Sejauh. Rasanya tidak adil kalau ilmu yang saya dapatkan dari mereka disimpan sendiri. Jadi saya ingin berbagi," jelas Chitra saat peluncuran Studio Sejauh di The Sidji Hotel Pekalongan, Rabu (7/8/2024).


Turut hadir dalam kesempatan tersebut, beberapa kolaborator yang telah digandeng Studio Sejauh. Mereka antara lain praktisi biodiversitas Chandra Kirana Prijosusilo dari Sekar Kawung, R. Asyfa Fuadisebagai selaku pendiri jenama tenun denim Craft Denim, perajin pewarna alami Fatah Syaifur Rochmandari Shibiru, Wibowo Akhmad sebagai produsen serat organik rami, dan artisan batik Pekalongan Mugi Raharjo.

"Saya sering berdiskusi perancang hingga murid sekolah mode. Ada keinginan dari mereka untuk membuat brand yang lebih bertanggung jawab tapi mereka tidak tahu ke mana mencari mitra yang tepat," ujar Chitra.

Peluncuran Studio Sejauh (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Keberadaan mereka, sambungnya, kemungkinan sulit 'terlacak' lantaran tidak menggunakan media sosial. Oleh karena itu, Studio Sejauh hadir untuk menghubungkan mereka dengan para perancang atau kreator.

Chitra yang menerapkan proses produksi berbasis ekonomi sirkular untuk SMM mengaku, tidak khawatir bila kolaborasi tersebut berpotensi menyaingi jenamanya sendiri. Ia mendirikan SMM saat hanya segelintir pemain lokal yang menaruh perhatian pada bumi dan permasalahan lingkungan.

Kepedulian yang terwujud dalam koleksi batik berkonsep slow fashion dengan motif ayam khasnya menawarkan daya tarik tersendiri di pasar sehingga mengantarkan SMM pada popularitas. Saking tenarnya SMM, sempat muncul produk-produk tiruan yang menyerupai kreasi rancangan Chitra.

Chitra Subyakto menjelaskan soal Studio Sejauh. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Lewat Studio Sejauh, adik sutradara Jay Subyakto ini mengesampingkan persaingan demi tercapainya cita-cita kemandirian dan kedaulatan sandang. Dengan begitu, masalah kerusakan alam akibat industri mode dapat diminimalkan.

"Saat ini kita hidup di era darurat iklim dan (industri) pakaian adalah penyumbang polusi terbesar kedua di dunia. Tujuan dari kemandirian sandang adalah bagaimana sebuah baju benar-benar buatan Indonesia. Bagaimana bisa terwujud kalau benang saja masih diimpor. Kalau kita jalan sama-sama tujuan bisa cepat dicapai," jelasnya.

Chandra Kirana mengatakan Indonesia kaya akan sumber daya alam yang semestinya mampu menghasilkan serat alami sebagai bahan baku benang yang 100 persen ramah lingkungan.

Studio Sejauh di Desa Medono, Pekalongan, Jawa Tengah. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Akan tetapi biodiversitas tersebut tergerus oleh industri tekstil cepat yang lebih mengandalkan benang impor yang sarat elemen plastik.

"Teknik menenun tradisional yang istimewa dirusak oleh benang-benang campuran tersebut. Semakin miskin biodiversitas di suatu daerah, maka kian rentan daerah tersebut dari kehilangan identitas budayanya," ungkap Chandra yang telah mengelilingi Indonesia untuk mempelajari karakter biodiversitas di setiap daerah.


Wibowo, yang fokus membudidayakan serat alami seperti nanas dan rami, mengutarakan keprihatinan senada. "Indonesia merupakan lumbung serat dunia, tapi kita belum bisa memaksimalkannya. Kalau kita hanya jadi penonton ini kebodohan kita, maka itu kita perlu kolaborasi," katanya.



Simak Video "Video: Brand Lokal Ini Pakai Secang dan Kemiri di Koleksi Terbarunya"

(dtg/dtg)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork