Industri fashion terus bergerak mengikuti dinamisnya selera pasar. Persaingan antar desainer dan jenama pun semakin ketat. Tak mau tertinggal, Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese mempersembahkan koleksi bertajuk 'Oru Kami' yang menjadi kreasi 'terliar' mereka sejauh ini.
Presentasi 'Oru Kami' digelar pada hari pertama 'Mulia in Fashion' di Hotel Mulia Jakarta, Rabu (10/7/2024). Dalam budaya Jepang, kata oru kami merujuk pada seni melipat kertas yang kemudian menggugah kekreativitasan duo suami-istri itu ke level yang berbeda tanpa meninggalkan ciri khasnya.
Landasan peraga di ballroom hotel bintang lima itu seakan terbagi ke dalam tiga ruang yang dipisah oleh juntaian kain velvet beda warna. Panggunya dilapisi motif tumpukan garis melengkung yang saling bertabrakan dalam nuansa hitam-putih.
Pembagian tersebut merefleksikan pandangan kedua desainer terhadap tahapan transformasi di ranah mode. "Perkembangan fashion itu memang harus bertahap seperti pada lipatan kain di busana itu sendiri," ujar Seba, demikian Sebastian akrab disapa, usai peragaan.
Dari seni melipat kertas itu, Seba dan Cristina menemukan inspirasi akan keberanian untuk mengambil risiko demi menjawab kebutuhan kliennya yang semakin beragam demografinya.
"Mungkin dulu Sebastian Gunawan Signature lebih dikenal dengan garis desainnya yang elegan. Sekarang sebenarnya tetap, tapi dengan twist yang lebih wild, seksi, dan agresif," ujar pria yang menimba ilmu fashion di lnstituto Marangoni, Milan, itu.
Alih-alih menerjemahkan lipatan secara harfiah, Seba dan Cristina mengambil elemen geometris dan asimetris dalam mengeksekusi ide tersebut. Dari 91 looks yang tersaji, pilihan gaun dengan potongan dan belahan ekstrem mendominasi.
Material menerawang yang mengekspos kulit dan menonjolkan bagian tubuh yang biasa tertutup juga berulang kali muncul.
"Kami melihat, ada kebutuhan dari wanita untuk tampil lebih berani, exposing their skin. Apalagi banyak perempuan yang suka berolahraga," ujar Seba.
Untuk beberapa look, Seba dan Cristina membiarkan bagian belakang terbuka, tapi aura seksi yang terpancar tetap diseimbangi dengan juntaian dramatis kain yang berlipat. Seba menuturkan, ide tersebut datang dari bagian belakang Yukata Kimono yang lipatannya membentuk gelombang yang menggelayut di sisi punggung.
Peragaan diawali dengan busana warna-warni dalam estetika color blocking, lalu hitam-putih sebagai pamungkas. Menyertakan warna yang bervariasi itu sekali lagi sebagai upaya untuk mengakomodasi selera klien yang kian sophisticated dan terus berregenerasi.
Seba sadar betul, meski sudah tiga dekade berkarya, dirinya tidak boleh terjebak dalam zona nyaman. Apalagi menurut pandangannya terhadap tren mode tahun depan, kebutuhan untuk berubah semakin nyata.
"Fashion semakin terbuka dan menawarkan banyak pilihan. Situasi ini terlihat jelas dari pergerakan yang terjadi di banyak rumah mode internasional. Banyak pergantian desainer sana-sini. Kita tidak bisa diam jika ingin memberikan pelayanan terbaik untuk costumer. Kita juga harus bergerak," katanya.
Dunia fashion boleh berubah, tapi identitas Seba dan Cristina tetap kuat, termasuk dalam craftsmanship, seperti yang diwujudkan dalam dekorasi 'bulu' pada beberapa busana. Sebenarnya itu adalah benang chantilly yang dijahit satu per satu sehingga membentuk tekstur yang menyerupai bulu.
Aksesori emas buatan Rinaldy A. Yunardi dalam rupa bros, anting, dan choker, turut mempermanis koleksi Sebastian Gunawan Signature ini. Mengikuti inspirasi Seba dan Cristina, pria yang akrab disapa Yung Yung itu membuat hiasan bertema flora-fauna yang seakan dibentuk dari kertas lipat berwarna emas. Padahal, terbuat dari logam.
Sepintas, emas tidak selaras dengan kreasi Seba dan Cristina kali ini. "Biarpun bertabrakan dengan busananya yang tidak banyak emas, mereka mau biarkan warna tersebut bercerita sendiri. Bagaimana menggabungkan dua nyawa ini, meski saling bertabrakan tapi sama-sama memperkuat," kata perancang yang karyanya sudah menghiasi selebriti dunia, mulai dari Beyonce hingga Madonna, itu.
Ia pun sepakat bahwa koleksi ini lebih berani dan liar dari sebelumnya. "Mereka berani melangkah satu ke depan, tapi tetap Seba dan Cri," ujar Yung Yung yang menyebut Seba sebagai sahabat sekaligus mentornya.
Simak Video "Video Chiki Fawzi Terjun ke Daerah Terdampak Banjir: Kayak Tempat Zombie"
(dtg/dtg)