Inovasi material kain menjadi sangat krusial di tengah isu keberlanjutan yang kian disorot. Peragaan 'Revival of Simplicity', buah kolaborasi Asia Pacific Rayon (APR) dan empat desainer/jenama lokal, memperlihatkan ragam eksplorasi bahan yang lebih ramah lingkungan.
Hari keempat Jakarta Fashion Week (JFW) 2024, Kamis (26/10/2023), di Pondok Indah Mall 3, berlanjut dengan deretan agenda presentasi busana. Salah satunya persembahan APR, manufaktur viscose-rayon atau serat rayon hasil pengembangan teknologi energi terbarukan.
Kali kedua ambil bagian di JFW, APR kali ini menggandeng Aruna Creative, Bateeq, Frederika, dan Ghea Resort by Amanda Janna.
Head of Marketing Communication APR Zoey Rasjid menjelaskan, tema yang diusung untuk peragaan di JFW tahun ini ingin menegaskan keistimewaan viscose-rayon itu sendiri.
Meski terlihat sederhana, material tersebut dapat memancarkan daya tarik tersendiri di tangan insan kreatif yang mengolahnya.
"We want to show, simplicity could be very stylish, and could it be modern. Kita bisa melihat bagaimana kain tersebut dapat diolah sesuai dengan karakter para desainer yang berbeda-beda," katanya kepada Wolipop.
Kesederhanaan itu yang kemudian kental terasa pada kreasi Frederika yang bertajuk 'Metamorfosa'. Sebagai desainer pembuka, Frederika Cynthia, pendiri sekaligus direktur kreatif tersebut, mengeluarkan sleeveless dress bersiluet A yang jatuh longgar di tubuh.
Baby doll dengan leher bergaya halter dalam variasi warna yang berbeda melengkapi koleksi ini. Sesekali hadir kemeja bermotif floral menemani sehingga terhindar dari kesan monoton.
Padu-padan warna hijau, biru, krem menawarkan daya tarik tersendiri. Namun, pesan utama tetap datang dari material.
Di koleksi yang menandai kali keduanya berkolaborasi dengan APR di JFW, ia berkesempatan untuk mengolah lyocell. Material tersebut merupakan pengembangan dari viscose-rayon.
"Bisa dibilang kualitasnya lebih baik, tekstur juga sangat halus, sehingga efeknya lebih premium," ungkap finalis Lomba Perancang Mode (LPM) 2019 itu.
Bagi Frederika, tak ada tantangan berarti dalam menggarap lyocell. Menurutnya, lyocell sangat memungkinkan diolah lebih jauh terutama untuk koleksi busana yang mengedepankan estetika tanpa mengorbankan kenyamanan.
Berikutnya, giliran jenama Aruna Creative besutan Yuliana Fitri. Mengusung 'Wastra on Denim', serat rayon mendapat tampilan baru dalam nuansa denim yang dipermanis dengan sentuhan etnik.
Hadir pilihan busana bergaya urban dengan kombinasi warna biru khas denim dan putih. 'Denim' dari rayon tersebut sesekali dihiasi motif batik truntum dan corak kontemporer yang menyerupai hand paint sehingga membuat tampilan lebih kekinian. Yuliana sendiri memilih motif batik tersebut karena sarat dengan filosofi cinta yang abadi.
Di luar busana, cara ia memanfaatkan kain sisa juga tak kalah menarik. Potongan kain yang tak terpakai Yuliana berikan 'kehidupan kedua' sebagai aksesori seperti kalung dan tali yang menghiasi bagian bawah celana dan diikat untuk menciptakan efek kerutan.
Koleksi ini menambah opsi denim ramah lingkungan setelah 'Tarum' persembahan Sejauh Mata Memandang (SMM) di JFW 2024 hari kedua.
Tak kalah menarik, Bateeq yang membawa kreasi bertajuk 'Pawon'. Jenama besutan Michelle Tjokrosaputro yang fokus menggarap busana berkemasan modern dengan inspirasi batik itu kali ini menyuguhkan dua tema koleksi: Gana dan Tampa.
Kali ini, motif kawung dikombinasikan dengan corak floral yang diaplikasikan dalam teknik bordir. Di jajaran busana wanita, muncul two-piece dress tanpa lengan dengan fitur keliman bergelombang yang memancarkan aura vintage.
Adapun busana pria mencakup kemeja bermotif hingga kemeja yang dibuat dengan teknik menyerupai patchwork yang artistik. Celana biru yang dihiasi jahitan putih yang membentuk panel ikut mencuri atensi.
Peragaan 'Revival of Simplicity' lantas ditutup dengan suguhan dari Ghea Resort by Amanda Janna. Keindahan budaya Bali yang kuat dengan unsur spiritualitas menginspirasi Amanda dan Janna yang bukan lain adalah putri desainer senior Ghea Panggabean.
Mengawali koleksi tersebut, deretan kebaya Bali yang dihiasi motif floral dari sulaman halus. Kebaya tersebut dipadu dengan kain Bali berwarna jingga yang cerah.
Setelahnya, muncul pilihan yang lebih wearable dan modis. Bayangkan busana kaum hippies yang melebur dengan elemen etnik Bali seperti motif poleng dan tekstur garis tenun gerinsing. Duo kembar ini juga bermain dengan aplikasi tambalan bernuansa Bali yang membuat koleksi ini seperti sebuah scrapbook yang 'hidup'.
Tulisan 'Tri Hita Kirana' dari filosofi tradisional masyarakat Bali hingga 'Aku Bali Aku Indonesia' yang menghiasi pakaian sekaligus lantang menyuarakan pesan kedamaian dan cinta alam.
Zoey Rasjid menegaskan, APR akan terus membuka pintu kerjasama dengan para desainer yang tertarik untuk menggarap koleksi dari material rayon ramah lingkungan buatan negeri sendiri.
Menurutnya, belum banyak perancang Tanah Air yang tahu jika tersedia opsi kain yang dibuat secara sustainable di Indonesia. "Pusat pengembangan dan produksi kain kami berada di Pangkalan Kerinci Riau di mana kami memiliki plantasi sendiri untuk menyediakan bahan baku rayon," kata Zoey.
Simak Video "Bakal Debut di JFW, Tobatenun Tampilkan Fashion Tenun Tradisional-Kontemporer"
(dtg/dtg)