Pakaian hingga aksesori bermotif dedaunan dan bunga menghiasi hampir setiap sudut Galeri 37 milik Nuning Sekarningrum. Bukan hasil cetakan sablon ataupun digital printing, motif tersebut merupakan kreasi seni menata daun di atas kain alias ecoprint. Keunikannya sampai memikat para istri menteri.
Sejak 2019, Nuning menggeluti usaha ecoprint dari rumahnya yang berada di kawasan Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan. Galeri 37 yang dinamai sesuai nomor rumah berada di sebelahnya.
Toko mungil yang didirikan pada 2017 tersebut menjajakan berbagai pernak-pernik buatan Nuning dan timnya. Namun, produk ecoprint yang digadang-gadang ramah lingkungan itu menjadi primadona.
"Satu keunikan ecoprint dari semua produk yang aku buat, tidak ada satupun yang sama. Soalnya, setiap tumbuhan punya ukuran yang berbeda-beda kan," kata Nuning saat ditemui Wolipop awal Juni lalu.
Tumbuhan sebagai bahan dasar pembuatan ecoprint cukup diambil dari pekarangan rumahnya. Saban hari, ibu tiga anak ini memetik berbagai dedaunan seperti jarak, daun bunga mawar. Tidak ketinggalan bunga-bunga dan kulit batang pohon ekaliptus yang terkelupas.
Teh Noen, demikian sapaan akrab untuknya, kemudian mengatur hasil petikannya tersebut di atas selembar kain putih yang telah melalui proses mordanting (pembersihan dengan larutan tawas).
Tak ada rumusan tertentu dalam menata daun sehingga bisa disesuaikan dengan keinginan dan kreativitas. Namun, sisi daun perlu diperhatikan. "Permukaan daun yang berserat harus di atas," katanya.
Ecoprint, lanjutnya, bukan batik karena motifnya berasal dari tumbuhan itu sendiri. Langkah setelah penataan daun adalah melapisi bagian atas dengan plastik, kemudian menggulungnya hingga berbentuk seperti lontong. Sampai di tahap akhir, gulungan tersebut masuk kukusan selama satu jam.
Khusus untuk produk ecoprint, Nuning yang termasuk dalam UMKM binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini, mengkomersialkannya dengan merek Godhong Sekar.
Menyesuaikan permintaan pasar, porsi produk seperti scarf, pashmina, atau sejenisnya lebih banyak walaupun Nuning juga membuat pakaian ecoprint atau aksesori lain.
Harga untuk pashmina berukuran 55 cm x 180 cm bisa bervariasi, bergantung pada materialnya. Pashmina berbahan sutra misalnya, dijual seharga Rp 600.000.
"Kalau bahannya tenun dari Jepara bisa lebih karena dibuat dengan ATBM (alat tenun bukan mesin). Sekitar Rp 800.000," ungkap perempuan yang sejak 2011 mulai menseriusi hobi membuat pernak-pernik ini.
Penjual Sombong
Target konsumen menjadi salah satu patokan harga. Pasar yang disasar Nuning memiliki kriteria usia 25-55 tahun, berdomisili di kota besar, dan berpendapatan Rp 15 juta per bulan. "Tiap tiga bulan saya update supaya produk lebih relevan dengan konsumen," kata Nuning yang aktif melakukan pembinaan ecoprint di berbagai kota.
Galeri 37 bukan satu-satunya tempat Nuning berjualan. Ia aktif pula mengikuti berbagai pameran kerajinan berskala besar seperti INACRAFT untuk mempromosikan kreasi ecoprint Godhong Sekar.
Meski platform penjualan digital makin diminati karena memberikan kemudahan dalam menjangkau pembeli, Nuning justru merasa lebih nyaman dengan cara konvensional. Kepuasan berinteraksi langsung dengan konsumen tak tergantikan bagi Nuning.
"Makanya saya dibilang penjual sombong, karena lama balas DM di Instagram," katanya berseloroh. Setiap kali ada pesanan yang datang lewat media sosial, Nuning mencoba meyakinkan calon pembeli untuk datang ke toko atau pameran.
Kendati demikian, Nuning tetap memanfaatkan metode pembayaran digital seperti QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) setiap kali berjualan secara fisik.
Ia pun memanfaatkan aplikasi pesan seperti Whatsapp untuk menjaga relasi dengan pembeli. Sebisa mungkin ia rutin menghubungi pembeli untuk menanyakan kepuasan mereka terhadap produk yang dibeli.
"Apa kabar Ibu? Ibu izin, saya menanyakan produk yg kemarin Ibu beli. Apa ada keluhan, atau ada yang bisa saya bantu?" tutur Nuning mencontohkan caranya berkomunikasi dengan pelanggan.
Dari pengalaman Nuning selama ini, pembeli yang puas biasanya akan memesan lagi saat dihubungi seperti itu. Seperti yang terjadi saat Nuning berinteraksi dengan Yanti K. Isfandiari, istri Ketua Umum DPP Partai Golkar sekaligus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto.
"Beliau ternyata suka dan mau beli lagi. Waktu itu Ibu Airlangga pesan pouch warna kuning sebanyak 500 pieces," tambah Nuning yang pertama kali bertemu Yanti di sebuah pameran.
Ecoprint buatan Nuning ternyata juga memikat istri Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir , Elizabeth Tjandra. "Kadang-kadang Nurul Arifin dan Eko Patrio juga pesan," tambahnya.
Simak Video "Video: 4 Kegiatan yang Bisa Kamu Lakuin di Brightspot Market 2025"
(dtg/dtg)