ADVERTISEMENT

Brand Fashion Lokal pun Kena Dampak Virus Corona, Penjualan Terjun Bebas

Hestianingsih - wolipop Jumat, 03 Apr 2020 17:31 WIB
Cotton Ink Salah satu toko Cotton Ink. Foto: Daniel/Wolipop
Jakarta -

Industri kreatif jadi salah satu sektor yang cukup terkena dampak dari pandemi virus corona. Tak terkecuali industri fashion lokal di Indonesia.

Brand busana ready to wear Cotton Ink pun termasuk dari pelaku industri fashion yang merasakan imbasnya. Ria Sarwono, salah satu pendiri Cotton Ink mengaku penjualan produknya menurun drastis, terlebih lagi, untuk toko offline yang berada di sejumlah mal.

"Kita lihat dari offline store sudah pasti nggak ada sale dari situ karena tutup. Pasti terjun bebas (penjualannya). Jadi sekarang hanya mencoba bertahan. Bagaimana bisa bertahan hidup sampai 6 bulan ke depan," ujar Ria saat dihubungi Wolipop, Kamis (3/4/2020).

Penurunan omzet mulai dirasakan pada awal Maret 2020, yakni setelah pemerintah mengumumkan ada dua kasus positif virus corona di Indonesia. Penjualan pun semakin berkurang hari demi hari seiring dengan munculnya berbagai kebijakan yang diambil pemerintah untuk mencegah penyebaran penyakit COVID-19. Bahkan pernah dalam satu hari tidak ada pembelian sama sekali.

Cotton InkCarline Darjanto (kiri) dan Ria Sarwono (kanan), pendiri Cotton Ink Foto: Zaky Akbar/Wolipop


"Setiap pemerintah mengumumkan kebijakan efeknya langsung terasa. Saat pertama kali presiden announce ada dua yang positif COVID-19, langsung turun. Lalu ada imbauan social distancing, turunnya lebih kerasa lagi dan terakhir ketika work from home makin terasa banget," tutur wanita 32 tahun ini.

"Pokoknya setiap ada kebijakan baru it's really hard for us to pick up the sale," lanjutnya.

Tertatih-tatih membuat angka penjualan tetap stabil di tengah pandemi virus corona, akhirnya Cotton Ink harus menutup secara temporer tiga gerainya di Senayan City, Plaza Senayan dan Kota Kasablanka, sementara penjualan online masih tetap berjalan. Berbagai strategi pun dilakukan agar perusahaan tak terlalu merugi.

Cotton Ink terpaksa harus merumahkan karyawan karena penutupan toko offline. Dia dan rekannya, Carline Darjanto, juga harus melakukan beberapa tindakan untuk mengencangkan ikat pinggang. Termasuk mengurangi pengeluaran marketing.

Cotton InkRia Sarwono (kiri) dan Carline Darjanto (kanan), pendiri Cotton Ink Foto: Zaky Akbar/Wolipop


"Negosiasi juga dengan pihak ketiga, seperti mal dan supplier. Khususnya untuk mal supaya ada term of payment karena kan bayar sewa memang bergantung dengan penjualan. Kalau nggak ada penjualan nggak bisa bayar," tutur wanita yang telah mengembangkan bisnis Cotton Ink selama 10 tahun ini.

Ria Sarwono berharap pandemi ini bisa segera berakhir sehingga aktivitas bisa kembali normal, dan bisnis pun berjalan seperti biasa lagi. Dia juga berharap pemerintah bisa lebih cepat bergerak menentukan kebijakan publik.

"Mungkin ini juga peringatan dari semesta agar kita menjadi orang yang lebih baik. Pokoknya ingin semua balik normal lagi dan bisa cepat recover," pungkasnya.



Simak Video "Kedua Kalinya Pangeran Harry-Meghan Markle Tegur Spotify "
[Gambas:Video 20detik]
(hst/hst)
Breaking News
×
Komisi III RDP dengan PPATK
Komisi III RDP dengan PPATK Selengkapnya