Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Hari Batik Nasional

Chitra Subyakto & Populo Batik, Modernisasi Motif Batik Tanpa Lupakan Pakem

Intan Kemala Sari - wolipop
Jumat, 02 Okt 2015 11:53 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: M. Abduh/Wolipop, Dok. Instagram
Jakarta -

Kreatifitas para desainer dalam mengolah kain batik menjadi suatu busana layak pakai dan bisa dikenakan oleh semua orang menjadi suatu keahlian yang terus-menerus dikembangan. Maka tak heran, kini beragam batik bernafaskan modern hadir untuk memenuhi selera pasar.

Namun sejatinya, setiap ragam kain batik memiliki nilai cerita atau filosofi yang terkandung di balik motifnya. Misalnya saja motif batik kawung yang memiliki makna subur dan batik udan liris sebagai tanda membawa rejeki. Sedangkan batik truntum yang merupakan ketentraman, dan kembang kenikir yang bermakna penolak bala.

Filosofi di balik motif ini menjadi pedoman untuk mengolah kain batik menjadi suatu hal baru yang bisa dimodifikasi. Memahami filosofi batik ini pun dilakukan oleh Bai Soemarlono yang merupakan desainer sekaligus pemilik label Populo Batik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Bai, sebelum ia dan sang partner, Joseph Lim membuat motif batik, hal yang pertamakali dilakukan mereka adalah banyak membaca buku tentang batik. Ia juga tidak segan-segan untuk mengelilingi Pulau Jawa demi mempelajari batik.

Baca Juga: 50 Inspirasi Batik Modern

"Kita bikin penelitian sekitar empat tahun. Saya rasa, sebelum membuat desain batik sendiri kita harus tahu pakem tentang batik. Karena batik adalah tradisi dan warisan budaya. Dulunya digunakan dalam banyak acara dan juga setiap motif ada maknanya," jelas Bai saat berbincang dengan Wolipop melalui e-mail, Selasa, (29/9/2015).

Desainer yang berbasis di Berlin, Jerman itu mengatakan, seiring dengan perkembangan zaman, kini batik sudah menjadi fashion item mulai dari busana hingga aksesori. Sehingga baginya, motif batik tetaplah sebuah motif dan bisa dibuat menjadi motif apa saja.

Pakem-pakem dalam menciptakan motif batik modern juga diperhatikan oleh desainer dan fashion stylist Chitra Subyakto dalam mendesain batik untuk labelnya, Sejauh Mata Memandang. Chitra mengaku, labelnya memang dibuat lebih personal dan desain berdasarkan pengalaman dari perjalanan atau hal-hal di sekitarnya.

Jika ditarik garis merah antara motif batik ciptaannya dengan motif batik klasik, pakem-pakem yang dianutnya adalah cerita atau filosofi di balik motif kain itu sendiri. Dengan pakem-pakem yang diadopsinya itu, ia menciptakan beragam motif batik baru mulai dari bergambar ayam jago hingga rumput laut.

"Kalau zaman dulu kan motif kain selalu ada ceritanya. Misalnya motif batik parang diciptakan oleh raja yang lagi bersemedi di laut. Lalu dia terilhami bikin motif itu dan dipakai untuk upacara adat. Sama juga dengan motif yang saya buat, pakem yang saya ambil itu ceritanya," tutur Chitra saat dihubungi Wolipop, Selasa, (29/9/2015).

(itn/eny)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads