Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Kisah Wanita yang Melahirkan di Usia 50, Ungkap Perjalanan Hamil Penuh Tantangan

Kiki Oktaviani - wolipop
Senin, 04 Agu 2025 15:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Frances Largeman-Roth
Foto: dok. Instagram @franceslrothrd
Jakarta -

Seorang wanita berbagi kisahnya yang melahirkan di usia 50. Wanita bernama Frances Largeman-Roth yang merupakan seorang ahli gizi dan penulis asal New itu mengaku tidak pernah menyangka kembali menjalani peran sebagai ibu di usia kepala lima.

Setelah mengalami dua kali keguguran di usia 40-an dan memasuki masa perimenopause, ia sempat merelakan impiannya memiliki anak keempat.

"Saya mencoba menerima bahwa mungkin memang bukan jalannya," ujarnya kepada New York Post.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, sebuah esai di The New Yorker tentang pasangan lanjut usia yang memiliki anak lewat donor sel telur menumbuhkan kembali harapannya. Dengan dukungan suami, ia berkonsultasi ke spesialis fertilitas dan dinyatakan sebagai kandidat ideal untuk kehamilan dengan donor sel telur. Kondisinya sehat, bebas penyakit, tidak mengonsumsi obat, dan memiliki riwayat kehamilan yang baik.

"Alasan utama saya ingin punya bayi lagi adalah karena saya masih punya banyak cinta untuk diberikan," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Frances memilih donor anonim berusia 20-an yang secara fisik mirip dengannya. Dari enam sel telur, hanya tiga embrio berhasil dibentuk. Transfer pertama gagal, namun yang kedua sukses, dibantu akupunktur dan manajemen stres.

Frances Largeman-RothFrances Largeman-Roth Foto: dok. Instagram @franceslrothrd

"Saya menangis saat tahu transfer berhasil. Suntikan hormon sangat menyakitkan, dan tubuh saya penuh memar," katanya.

Tak seperti tiga kehamilan sebelumnya yang dijalani saat masih aktif bekerja dan bepergian, kali ini Frances lebih rileks. Ia bekerja dari rumah, rutin berolahraga, dan tak perlu mengurus balita. Meski tetap menghadapi tantangan seperti kram betis dan pemeriksaan intensif, ia menikmati prosesnya.

Bayi perempuannya, Romy, lahir lewat operasi caesar karena sungsang. Namun, segera setelah lahir, Romy harus menjalani operasi akibat lubang di diafragma.

"Saya sempat berpikir, 'Bukankah donor seharusnya membuat semuanya sempurna?' Tapi ini bukan soal usia atau donor. Ini risiko yang bisa terjadi pada kehamilan mana pun," tutur Frances.

Beberapa hari pasca-melahirkan, Frances mengalami preeklamsia dan harus dirawat. Kini, enam bulan berlalu, ia dan Romy dalam kondisi sehat dan bahagia.

Dengan anak-anak lain berusia 11, 13, dan 16 tahun, Frances mendapat banyak bantuan di rumah. Ia juga menikmati teknologi perawatan bayi masa kini yang jauh lebih praktis.

(kik/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads