Kontroversi kembali membayangi Pangeran Harry. Kali ini, ketua yayasan besutannya menuding putra kedua Raja Charles III itu sebagai pelaku pelecehan dan perundungan.
Dalam sebuah wawancara dengan Sky News, Sophie Chandauka, ketua Sentebale, badan amal yang didirikannya bersama Pangeran Harry, menyatakan Duke of Sussex melancarkan "mesin humas Sussex" terhadapnya awal pekan ini.
"Pada suatu saat pada hari Selasa, Pangeran Harry menyetujui rilis berita yang merugikan ke publik tanpa memberi tahu saya, direktur negara saya, atau direktur eksekutif saya," ujar Chandauka.
Sebelumnya, Harry mengumumkan mundur sebagai pelindung yayasan tersebut, bersama dengan pendiri lainnya, Pangeran Seeiso dari Lesotho, serta dewan pengawas.
"Bisakah Anda bayangkan dampak serangan itu bagi saya, bagi 540 individu dalam organisasi Sentebale, dan keluarga mereka?" tambahnya. Ia menegaskan, "Ini adalah contoh pelecehan dan perundungan dalam skala besar."
Sumber terdekat dengan dewan pengawas dan pelindung yayasan mengatakan, mereka "sepenuhnya menduga aksi publisitas ini dan telah mengambil keputusan bersama untuk mundur dengan mempertimbangkan hal tersebut."
"Mereka tetap teguh pada pengunduran diri mereka, demi kebaikan yayasan, dan menantikan pengungkapan kebenaran," kata sumber itu kepada CNN.
Sumber tersebut juga membantah klaim Chandauka bahwa media diberi tahu lebih dulu tentang pengunduran diri itu sebelum pihak yayasan. Menurutnya, baik Pangeran Harry maupun Pangeran Seeiso telah mengirim surat pengunduran diri kepada Chandauka dan dewan pengawas pada 10 Maret.
Namun, dalam pernyataannya kepada CNN, Sentebale mengatakan bahwa meskipun "beberapa anggota eksekutif telah melihat surat yang ditandatangani atas nama dewan pengawas," mereka tidak menerima surat pengunduran diri resmi dari para pelindung yayasan.
Dalam wawancara lain yang diterbitkan pada Sabtu (30/3/2025), Chandauka menuduh Pangeran Harry dan Pangeran Seeiso "ingin memaksa kegagalan dan kemudian tampil sebagai penyelamat" bagi organisasi tersebut.
Meskipun rincian konflik ini belum sepenuhnya jelas, Chandauka mengatakan kepada Financial Times bahwa terjadi ketegangan antara staf yayasan di Inggris dan mereka yang berada di Lesotho serta Botswana.
Ia menambahkan, ketegangan tersebut dipicu oleh upayanya untuk mereformasi yayasan dan memindahkan pengambilan keputusan ke pemimpin-pemimpin di Afrika Selatan.
Pangeran Harry mengaku dengan berat hati harus memutuskan mundur dari yayasan yang didirikan pada 2006 itu.
Dengan misi membantu anak muda dengan HIV dan AIDS di Lesotho serta Botswana, Sentebale hadir untuk menghormati mendiang ibunya, Putri Diana. Sentebale berdiri setelah sembilan tahun Diana meninggal dalam kecelakaan mobil di Paris.
Dalam pernyataannya awal pekan ini, Chandauka tampak menyindir Harry, yang berusia 40 tahun, karena dianggap "memainkan kartu korban."
"Segala yang saya lakukan di Sentebale bertujuan menjaga integritas organisasi, misinya, dan anak muda yang kami layani," katanya dalam pernyataan yang dikutip oleh PA Media di Inggris.
Ia juga menggambarkan situasi ini sebagai "kisah tentang seorang wanita yang berani mengungkap isu-isu terkait tata kelola yang buruk, manajemen eksekutif yang lemah, penyalahgunaan kekuasaan, perundungan, pelecehan, misogini, misoginior, dan upaya penutupan kasus yang menyusul."
Simak Video "Video Pangeran Harry: Kita Hidup saat Konflik Berkecamuk di Seluruh Dunia"
(dtg/dtg)