ADVERTISEMENT

Pengakuan Mengejutkan Paris Hilton Soal Penyiksaan yang Dialami Saat Remaja

Rahmi Anjani - wolipop Kamis, 21 Okt 2021 09:30 WIB
LOS ANGELES, CA - FEBRUARY 26:  Socialite Paris Hilton attends the Vanity Fair Amped pre-Oscar party to benefit the Justin Timberlake Foundation at the Continental Hyatt House on February 26, 2004 in Los Angeles, California. (Photo by Frank Miceotta/Getty Images) Foto: Frank Miceotta/Getty Images
Jakarta -

Dalam film dokumenter tahun lalu, Paris Hilton pernah mengungkap pelecehan yang dialaminya ketika remaja. Wanita yang dikenal sebagai bintang reality show dan sosialita itu mengaku disiksa di asrama Provo Canyon School. Baru-baru ini mengungkap fakta baru mengenai pengalaman traumatis tersebut dalam konferensi pers.

Paris Hilton didampingi ibunya dan korban lainnya berbicara di Capitol Hill. Bersama beberapa senator, Paris ingin mendukung undang-undang untuk melindungi remaja kepada kongres dengan disahkannya 'Accountability for Congregate Care Act of 2021'. Paris mengaku mengalami luka mendalam karena pengalaman itu sehingga tak mau terjadi kesakitan serupa terjadi pada remaja lain.

"Aku dicekik, ditampar, ditonton saat mandi oleh staf pria, dipanggil dengan nama vulgar, dipaksa minum obat tanpa diagnosa yang tepat, tidak diberikan pendidikan yang baik, dilempar di sel isolasi penuh dengan sayatan dan darah, dan banyak lagi," katanya di Capitol Hill.

Dalam pernyataannya, dikatakan jika 'sekolah' tersebut melakukan hal-hal ekstrem untuk menghadapi para remaja bermasalah. Paris mengaku pernah mengira dirinya akan diculik oleh dua pria yang bekerja di sana karena dipaksa keluar dari kamarnya tengah malam.

"Selama 20 tahun aku tidak bisa tidur dengan ingatan kekerasan fisik, perasaan kesepian, kehilangan teman yang terlintas di pikiranku," ungkapnya.

Paris masuk ke Provo Canyon School karena orang tuanya menganggap sekolah asrama di luar kota bisa 'memperbaikinya'. Selama dua tahun, ia pernah dikirim ke empat tempat yang berbeda yang membuatnya semakin trauma.

"Di Provo Canyon School di Utah, aku diberikan baju dengan nomor, aku bukan lagi diriku. Aku hanya orang bernomor 127. Aku dipaksa di dalam ruangan selama 11 bulan. Tidak ada cahaya matahari, tidak ada udara segar. Itu dianggap privilese. Anak-anak sering dipukul, dilempar ke tembok, bahkan dilecehkan secara seksual di Provo," kata Paris.

Paris mengatakan jika sekolah asrama yang menghasilkan banyak uang ini mengklaim bisa memperbaiki remaja bermasalah tapi malah menyesatkan para orang tua dan merugikan anak-anak. Karena itu, ia berharap undang-undang baru bisa melindungi anak muda dari hal-hal yang mengekang mereka.

"Deklarasi hak-hak ini memberi perlindungan yang tidak aku dapatkan, seperti akses pendidikan, berada di luar ruangan, kebebasan dari perlakuan penyiksaan, bahkan hak dasar untuk bicara dan bergerak bebas," ungkapnya.

(ami/ami)