Batik memiliki makna filosofis dalam konteks pernikahan adat Jawa. Setiap motif batik membawa pesan dan nilai filosofi yang berbeda, mencerminkan harapan, doa, dan cita-cita pasangan pengantin.
Batik, sebagai simbol cinta dan harapan, menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup pasangan yang baru menikah. Memakai batik menciptakan momen yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga sarat akan makna.
Maka dari itu penggunaan batik dalam pernikahan adat Jawa pun memiliki pakem. Khususnya untuk batik Solo dan batik Yogyakarta.
"Saat menikah pengantin lumrahnya memakai motif batik Sidomukti, harapannya agar selalu sehat, sejahtera, saling menyayangi dan hidup berkecukupan," ujar pemerhati dan motivator batik, Indra Tjahjani, acara Fashion Workshop: Hari Batik Nasional 2024, Tokopedia dan ShopTokopedia Bicara Tren Batik di Ciputra World 2, Setiabudi, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Untuk orangtua pengantin, umumnya memakai kain batik motif truntum saat mendampingi anaknya menikah. Truntum mengandung makna cinta sejati, atau cinta selamanya.
"Meskipun anak sudah menikah , orangtua akan tetap menyayangi," lanjutnya.
Sehari sebelum menikah, dalam adat Jawa biasanya juga dilakukan prosesi siraman. Kain batik yang digunakan juga berbeda dan mengandung arti tersendiri.
Dalam prosesi ini, calon pengantin biasanya bisa memilih batik favoritnya. Namun lumrahnya akan dipilihkan motif batik sidoasih. Batik ini mengandung makna agar selalu dikasihi baik oleh orangtua, suami, mertua, maupun para kerabatnya.
Sementara pihak orangtua memakai batik motif nitik, biasanya berbentuk geometris dengan ukuran motif kecil-kecil. Bisa berupa garis-garis halus, balok kecil, bunga atau titik-titik.
"Orangtua akan pakai motif nitik cakar. Seperti cakar ayam, harapannya agar calon pengantin dimudahkan untuk men cari rezeki menghidupi keluarga," tuturnya.
Simak Video "Video: Seberapa Kenal Kamu dengan Batik di Indonesia?"
(hst/hst)