Di dunia kecantikan, tren baru sering kali muncul dan menarik perhatian banyak orang. Namun, tidak semua tren membawa manfaat yang aman bagi tubuh. Salah satu tren kosmetik yang kontroversial saat ini adalah mesotherapy, prosedur yang melibatkan suntikan cairan khusus di bawah kulit dengan tujuan mengencangkan kulit, menghilangkan kerutan, atau mengurangi lemak. Meski terdengar menjanjikan, prosedur ini memiliki sejumlah risiko serius yang perlu dipertimbangkan.
Mesotherapy pertama kali dikembangkan pada 1952 di Prancis untuk mengobati gangguan pembuluh darah dan sistem imun. Kini, prosedur ini banyak digunakan untuk tujuan kosmetik, seperti mengurangi kantung mata, mengencangkan kulit wajah dan menghilangkan lemak di perut dan tangan.
Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan campuran vitamin, enzim, hormon, dan bahan lainnya menggunakan jarum kecil. Namun, setiap praktisi memiliki campuran cairannya sendiri, sehingga pasien sering kali tidak tahu persis apa yang disuntikkan ke tubuh mereka.
Baca juga: 5 Inovasi di Dunia Kecantikan Sepanjang 2024 |
Salah satu efek langsung dari mesotherapy adalah munculnya benjolan-benjolan kecil di bawah kulit yang menyerupai sarang lebah atau kulit reptil. Efek ini memang sementara, tetapi tetap menimbulkan kekhawatiran akan keamanan prosedur ini.
"Risiko dari mesotherapy di area bawah mata memiliki efek samping. Pasien dapat mengalami memar yang lama, reaksi alergi parah, nekrosis kulit akibat penyuntikan di pembuluh darah, bahkan kerusakan mata permanen," ungkap Dr. Viktoryia Kazlouskaya, seorang dermatologis di New York kepada Daily Mail.
Meski sering dipromosikan sebagai prosedur tanpa rasa sakit dan tidak butuh waktu pemulihan, mesotherapy menyimpan risiko serius, terutama jika dilakukan oleh teknisi yang tidak berpengalaman atau dilakukan sendiri di rumah.
Tidak dak seperti Botox yang diatur oleh badan pengawas, cairan yang digunakan dalam mesotherapy tidak selalu teruji atau terstandarisasi.
"Seperti halnya industri suplemen, mesotherapy tidak diatur dengan baik, sehingga Anda sering kali tidak tahu apa yang sebenarnya isi di balik cairannya," ungkap Dr. Tripathi, seorang ahli bedah plastik di California.
Hal tersebut bisa menyebabkan alergi, infeksi hingga granuloma atau reaksi tubuh terhadap zat asing.
Popularitas mesotherapy sebagian besar dipengaruhi oleh media sosial, di mana para influencer membagikan pengalaman mereka dengan prosedur ini. Namun, sering kali mereka tidak menunjukkan risiko atau efek samping yang mungkin terjadi.
"Prosedur ini menjadi populer karena murah, mudah dilakukan, dan tidak membutuhkan pelatihan khusus. Sayangnya, hal ini justru meningkatkan risiko efek samping karena banyaknya praktisi tidak berlisensi yang melakukannya," jelas Dr. Tripathi.
Beberapa perawatan alternatif yang lebih aman dibanding mesotherapy adalah prosedur plasma injection, laser atau bisa juga skincare berbasis sains.
Simak Video "Video Chiki Fawzi Terjun ke Daerah Terdampak Banjir: Kayak Tempat Zombie"
(kik/kik)