×
Ad

Kisah Sukses Pendiri Brand Baju Batik Dama Kara, Sampai Ekspor ke Luar Negeri

Hestianingsih Hestianingsih - wolipop
Senin, 09 Okt 2023 16:36 WIB
Nurdini Prihastiti, pendiri brand batik Dama Kara. Foto: Rahmi Anjani/Wolipop
Jakarta -

Pemakaian kain tradisional, termasuk Batik, belakangan banyak digalakkan anak-anak muda. Salah satu brand batu Batik yang difavoritkan di situs belanja adalah Dama Kara. Menyasar para millennial dan gen Z, brand itu sendiri memang bertekad untuk melestarikan budaya sekaligus membantu anak-anak berkebutuhan khusus.

Nurdini Prihastiti adalah sosok di balik brand Batik, Dama Kara. Wanita yang akrab disapa Dini tersebut mengungkap perjalanan jenama yang dimulai sejak 2020 itu. Dikatakan bahwa ia mulai berjualan baju Batik setelah mengalami kerugian besar ketika berbisnis konveksi. Ketika itu, ia terpikir untuk terlibat dalam regenerasi pembatik.

"Jadi saat itu ada klien di Kalimantan yang pesan seragam sama souvenir dan kapal yang kita gunakan untuk kirim barang terbakar dan itu jadi kerugian terbesar selama bisnis, akhirnya mencari bisnis baru," katanya kepada Wolipop ketika ditemui di acara 'Shopee Cerita Batik Masa Kini' di Salihara Art, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis, (5/10/2023).


"Itu menyadarkan saya bahwa semuanya titipan dan ingin buat bisnis yang kasih manfaat bagi orang banyak dan kepikiran bikin brand baju. Kepikiran Batik karena dulu kesannya resmi dan sempat jalan-jalan ke pembatik melihat banyak yang sudah berumur dan pengen melestarikan," jelasnya.

Dini mengatakan bahwa ia bertekad untuk menghadirkan baju Batik nan sederhana tapi sarat makna yang lebih disukai generasi muda. Dama Kara pun membuat motifnya sendiri tapi sering mengadaptasi dari corak-corak yang punya arti dari berbagai penjuru Indonesia, seperti Lasem hingga Papua.

"Misalnya dalam koleksi Gayatri, motif dua garis melambangkan dualisme bahwa setiap orang punya dua sisi yang saling bertaut," kata Dini.

Selain motif, ciri khas lain Dama Kara adalah warna 'earth tone'. Hal tersebut ternyata memiliki makna lain selain tren. "Salah satu ciri khas kami adalah warna olive dan teracota. Sebelumnya belum banyak brand batik yang eksplor, kita memilih warna earth tone karena kita ada support terapi anak-anak berkebutuhan jadi kayak membawa brand yang humble dan membumi jadi menyesuaikan," katanya.

Dama Kara memiliki toko di daerah asalnya, Bandung tapi juga banyak menjual produk secara online. Dari marketplace, dikatakan jiak penjualannya kini sudah bertumbuh 700%. Brand yang berarti 'kebajikan untuk banyak orang' itu pun sudah mengekspor ke negara-negara Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Taiwan yang mencapai ribuan 'pieces' setiap bulannya.

Mengenai kiat suksesnya, selain mengeksplor desain dan mengutamakan kualitas produk, Dama Kara juga memastikan bahwa produknya bisa dijangkau secara internasional memanfaatkan kecanggihan teknologi. Ia pun berusaha memenuhi kebutuhan anak muda yang menjadi target utama. Koleksinya sendiri dijual mulai dari Rp 70 ribu hingga Rp 400 ribuan.

"Anak muda suka style yang menarik, misalnya obi yang biasanya dipakai di perut jadi dikalungin, jadi kami menawarkan style yang bisa eksplor dan bisa di-mix and match," ungkap Dini.



Simak Video "Cerita Nurdini Prihastiti Bangun Dama Kara Bersama Kelompok Difabel"

(hst/hst)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork