Foto: Pesona Kain Sumba Koleksi Edward Hutabarat, Dipamerkan di Borobudur

Desainer Edward Hutabarat menggelar peragaan busana koleksi Autumn-Winter 2023 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada Rabu (30/11/2022). Bertajuk Kabakil, presentasi kolosal dari koleksi yang mengangkat keindahan wastra khas Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), ini disertai sebuah instalasi bernama Rumah Sumba. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Desainer Edward Hutabarat menggelar peragaan busana koleksi Autumn-Winter 2023 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada Rabu (30/11/2022). Bertajuk 'Kabakil', presentasi kolosal dari koleksi yang mengangkat keindahan wastra khas Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), ini disertai sebuah instalasi bernama Rumah Sumba. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Bak museum kecil, rumah etnik beratap dedaunan kering ini menjadi tempat bagi Edo, begitu sapaan akrab sang desainer, memamerkan koleksi kain hingga perkakas seserahan untuk raja-raja di Sumba yang didapatnya sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Sumba 20 tahun lalu. Di pintu masuk, pengunjung disambut Kadu Karambua Tanduk Kerbau yang biasa hadir di upacara penguburan para raja dan kaum bangsawan. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Bak museum kecil, rumah etnik beratap dedaunan kering ini menjadi tempat bagi Edo, begitu sapaan akrab sang desainer, memamerkan koleksi kain hingga perkakas seserahan untuk raja-raja di Sumba yang didapatnya sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Sumba 20 tahun lalu. Di pintu masuk, pengunjung disambut Kadu Karambua Tanduk Kerbau yang biasa hadir di upacara penguburan para raja dan kaum bangsawan. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Keindahan dan keunikan budaya Sumba menggugah hati Edo untuk mengumpulkan benda-benda yang disebutnya sebagai sebagai sisa-sisa peradaban. Muncul rasa tanggung jawab untuk mengarsipkannya untuk keperluan pelestarian dan edukasi generasi mendatang. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Keindahan dan keunikan budaya Sumba menggugah hati Edo untuk mengumpulkan benda-benda yang disebutnya sebagai sebagai sisa-sisa peradaban. Muncul rasa tanggung jawab untuk mengarsipkannya untuk keperluan pelestarian dan edukasi generasi mendatang. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Saya harus berkejar-kejaran dengan Mick Jagger dan David Bowie untuk mengumpulkan barang-barang ini. Saya terlambat menyelamatkan sebuah emas. Namun, ini sudah lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa, kata pria yang sudah 44 tahun menekuni profesi sebagai desainer ini. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

"Saya harus berkejar-kejaran dengan Mick Jagger dan David Bowie untuk mengumpulkan barang-barang ini. Saya terlambat menyelamatkan sebuah emas. Namun, ini sudah lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa," kata pria yang sudah 44 tahun menekuni profesi sebagai desainer ini.
(Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Kain Sumba berukuran 634 x 88 cm yang dipesan Edo secara khusus dari para mama artisan lokal ikut dipamerkan di Rumah Sumba. Bagi masyarakat Sumba, kain memegang peranan penting dalam perjalanan hidup mereka karena dicipta untuk seremoni kelahiran, perkawinan, hingga kematian. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Kain Sumba berukuran 634 x 88 cm yang dipesan Edo secara khusus dari para mama artisan lokal ikut dipamerkan di Rumah Sumba. Bagi masyarakat Sumba, kain memegang peranan penting dalam perjalanan hidup mereka karena dicipta untuk seremoni kelahiran, perkawinan, hingga kematian. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Kain tenun ikat Sumba ini bernama Rohu Banggi atau kain perang yang dililit sebagai pelindung badan. Motifnya beragam, mulai dari hewan seperti buaya, kura-kura, ayam, kuda hingga manusia dan rumah. Masing-masing mewakili filosofi tersendiri. Kura-kura hadir sebagai simbol kesaktian dan kebesaran. Adapun buaya di kain dari Kerajaan Pau, Sumba Timur, ini merujuk pada kekuasaan raja. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Kain tenun ikat Sumba ini bernama Rohu Banggi atau kain perang yang dililit sebagai pelindung badan. Motifnya beragam, mulai dari hewan seperti buaya, kura-kura, ayam, kuda hingga manusia dan rumah. Masing-masing mewakili filosofi tersendiri. Kura-kura hadir sebagai simbol kesaktian dan kebesaran. Adapun buaya di kain dari Kerajaan Pau, Sumba Timur, ini merujuk pada kekuasaan raja. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Selain kain, masyarakat Sumba juga piawai menganyam. Hasilnya seperti Tikar Bersisik yang menghiasi instalasi di Rumah Sumba ini. Terbuat dari daun pandan, obyek berukuran 527 x 49,5 cm ini merupakan hasil karya artisan di kampung Mbatakapidu, Waingapu. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Selain kain, masyarakat Sumba juga piawai menganyam. Hasilnya seperti Tikar Bersisik yang menghiasi instalasi di Rumah Sumba ini. Terbuat dari daun pandan, obyek berukuran 527 x 49,5 cm ini merupakan hasil karya artisan di kampung Mbatakapidu, Waingapu. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Di Rumah Sumba, pengunjung juga dapat melihat proses menenun hingga menganyam yang dilakukan oleh masyarakat asli. Edo mendatangkan mereka secara khusus dari Sumba. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Di Rumah Sumba, pengunjung juga dapat melihat proses menenun hingga menganyam yang dilakukan oleh masyarakat asli. Edo mendatangkan mereka secara khusus dari Sumba. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Tatu Analodu, salah satu mama yang diboyong Edo, sedang membuat semacam patung manusia dari daun pandan. Menurut kepercayaan Marapu, agama kuno di Sumba, benda tersebut diyakini dapat menangkal bala penyakit. Selain bangga bisa terlibat di Rumah Sumba, Tatu juga mengaku senang karena untuk pertama kalinya dia bepergian dengan pesawat. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Tatu Analodu, salah satu mama yang diboyong Edo, sedang membuat semacam patung manusia dari daun pandan. Menurut kepercayaan Marapu, agama kuno di Sumba, benda tersebut diyakini dapat menangkal bala penyakit. Selain bangga bisa terlibat di Rumah Sumba, Tatu juga mengaku senang karena untuk pertama kalinya dia bepergian dengan pesawat. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Edo berharap Rumah Sumba ini dapat menginspirasi masyarakat Indonesia untuk mengapresiasi kebudayaan negeri sendiri, khususnya dari Sumba, dan ikut ambil bagian dalam upaya pelestariannya. Walau, katanya, koleksi ini di sini hanya mencakup sebagian kecil dari kekayaan Sumba. Di sini hanya mencakup 5 persen dari kekayaan budaya Sumba. Saya butuh 15 rumah adat lagi untuk menampung semuanya, kata Edo. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Edo berharap Rumah Sumba ini dapat menginspirasi masyarakat Indonesia untuk mengapresiasi kebudayaan negeri sendiri, khususnya dari Sumba, dan ikut ambil bagian dalam upaya pelestariannya. Walau, katanya, koleksi ini di sini hanya mencakup sebagian kecil dari kekayaan Sumba. "Di sini hanya mencakup 5 persen dari kekayaan budaya Sumba. Saya butuh 15 rumah adat lagi untuk menampung semuanya," kata Edo. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)