Rumah Batik Oey Soe Tjoen (OST) akan menggelar pameran di Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki, Jakarta mulai 25 Juli 2025. Pembatik yang sudah berdiri 100 tahun tersebut bakal menampilkan karya-karya terbaik sekaligus kisah jatuh bangun mereka selama ini. Kini dipegang oleh generasi ketiga, Widianti Widjaja, OST diambang kepunahan karena belum punya penerus.
Oey Soe Tjoen (OST) sendiri berdiri sejak tahun 1925 di Kedungwuni, Pekalongan, Jawa Tengah. Adalah Oey Soe Tjoen dan Kwee Tjoen Giok Nio, pendiri dan pembatik generasi pertama yang menurunkan ilmu juga bisnisnya kepada keluarga. Setelah mewariskannya kepada Oey Kam Long (Muljadi Widjaja) dan Lie Tjien Nio (Istijanti Setiono), kini generasi ketiga dipegang oleh Oey Kiem Lian (Widianti Widjaja) beserta suami Oey Ien King (Setyo Purwanto).
Meski namanya kurang familiar, OST adalah brand Batik yang diburu dan dinanti kolektor. Rumah batik yang menjual kainnya secara pesanan tersebut sudah punya daftar tunggu dari ratusan klien. Biasanya sebuah pesanan bisa memakan waktu sampai tiga hingga delapan tahun, tergantung prosesnya, untuk akhirnya mendapatkan Batik OST.
Widianti kini bekerja dengan 12 pembatik di Kedungwuni. Ia mendesain sendiri pesanan Batik, tak jarang dari kolektor dan orang-orang penting. Sebagai penerus ketiga yang memperjuangkan OST bisa bertahan sampai sekarang, ternyata Widia awalnya tidak mau mengambil tanggung jawab itu bahkan tidak suka Batik.
"Saya terima (jadi penerus) bukan karena rasa suka. Terus terang saya tidak suka Batik tapi terpaksa sebagai salah satu cara membalas budi orang tua karena papa meninggal dan mama tidak bisa (melanjutkan usaha) kalau tidak ada yang mewarnai. Jadi saya mempelajari pewarnaan dan komitmen jangan sampai OST hancur di tanganku, OST boleh berhenti tapi jangan sampai hancur," kata Widia.
Widia menjelaskan bagaimana OST menjadi batik tulis halus yang legendaris. Kain OST disebut pernah dilelang di Christie yang laku hingga miliaran rupiah. Selain itu, pada zamannya kain tersebut sempat menjadi barang mewah bahkan mahar yang bisa menjelaskan status sosial seseorang pada era 40an.
Walau sudah berjalan 100 tahun, Widia bertekad untuk mengikuti pakem meski motifnya disesuaikan dengan keinginan klien atau hatinya sendiri. Karena itu juga, batik OST tidak memasarkan produknya secara komersial dan harus dilepas dengan standar tinggi. Jika tidak sesuai aturan, Widia disebut harus berhenti dan keluar dari rumah.
(ami/ami)