Jenama mode Lakon Indonesia berekspansi dari busana siap pakai ke pakaian eksklusif yang mengedepankan jahitan tangan berkualitas. Koleksi bertajuk Tailor Made 01 menandai perjalan baru yang diharapkan dapat selaras dengan semangat keberlanjutan tersebut.
Presentasi Tailor Made 01 pada Rabu (29/11/2023) malam terbilang spesial dibanding peragaan Lakon Indonesia terdahulu karena untuk pertama kalinya digelar di Teras Lakon yang berlokasi di kawasan Summarecon Gading Serpong, Tangerang, Banten.
Bangunan dengan arsitektur modern bergaya minimalis brutalisme karya Adi Purnomo ini menjadi markas baru dari jenama besutan Thresia Mareta dan desainer senior Irsan tersebut.
Dilengkapi butik dan workshop, kehadiran fasilitas kreatif ini sekaligus melengkapi ekosistem Lakon yang mencakup Lakon Indonesia, Pintu (program inkubasi talenta baru), JF3 Fashion Festival, dan teranyar Tailor Made.
Tentang lini baru tersebut, Thresia menyebutnya sebagai awalan baru Lakon untuk lebih serius menggarap busana made-to-order yang dibuat berdasarkan pesanan klien.
Pakaian ditangani secara lebih personal dengan perhatian penuh pada keterampilan menjahit. Bagi Theresia, ini menjadi kesempatan Lakon untuk menjunjung lagi kemahiran yang kian langka ditemui di penjahit masa kini.
"Dengan nama 'zero one' (01), kami pengin menitikberatkan pada keahlian membuat pakaian. Saya rasa kualitas yang banyak dimiliki penjahit zaman dulu itu kini sudah agak terlupakan," ujarnya jelang peragaan.
Ia menambahkan, sejak eksis lima tahun, Lakon Indonesia yang koleksinya sudah merambah department store mewah Printemps di Paris sebenarnya kerap menerima pesanan secara personal. Peminatnya yang semakin bertambah turut memotivasi Thresia dan Irsan untuk meluncurkan Tailor Made.
Sifatnya yang terbatas membuat harga yang dipatok lebih tinggi dari produk busana siap pakai. Di sisi lain, kuantitas yang sedikit dapat meminimalkan potensi limbah pakaian yang mengancam kelestarian alam.
"Kami juga ada layanan upcycle pakaian lama, bisa repair dengan embellishment. Jadi dapat mengurangi sampah fashion," katanya.
Kemunculan Irsan
Lampu meredup ketika suara merdu diva opera legendaris Maria Callas mulai diputar. Peragaan yang lelet sejam lebih itu akhirnya segera dimulai. Model pun melangkah di halaman terbuka lantai satu yang disulap menjadi catwalk.
Kemudian muncul rekaman suara Thresia dan Irsan yang sedang diwawancara. Para tamu seolah diajak mengenal lebih dekat dengan kedua sosok di balik kesuksesan Lakon Indonesia.
Atmosfer yang intim itu semakin menguatkan identitas Tailor Made sebagai sebuah koleksi yang eksklusif.
Selama ini Thresia yang sering muncul di hadapan publik, maka wawancara tersebut menjadi momen langka bagi Irsan yang cenderung lebih tertutup di belakang layar.
Perjalanan karier Irsan yang diawali sebagai pelukis, kemudian pembuat sketsa, serta idealismenya tentang fashion terungkap.
"Kalau dipikir sampai sekarang, saya tidak akui diri sebagai desainer. Saya memang kerja di dunia mode, tapi saya lebih nyaman disebut tukang jahit yang kita kenal dengan istilah tailor," kata Irsan yang pernah bekerja sebagai asisten Didi Budiardjo dan Adjie Notonegoro.
Sebanyak 80 tampilan busana naik pentas malam itu. Koleksi yang disuguhkan sangat beragam, mulai dari pakaian kasual hingga evening-wear atau gaun-gaun formal.
Atasan polos dengan potongan sederhana tanpa dekorasi mendominasi. Sepintas memang tampak tak istimewa. Namun, kerapian jahitan lah yang menawarkan daya tarik.
Seiring komposisi 'Ode to Joy' karya Ludwig van Beethoven yang menggaung untuk menutup peragaan tersebut, koleksi ini memberikan harapan bagi mereka yang ingin bersolek dengan busana berkualitas tinggi.
Simak Video "Video: Battle Belanja di JxB 2025, Siapa yang Paling Bocor Dompetnya?"
(dtg/dtg)