×
Ad

Mengangkat Derajat Kebaya Nusantara di Tangan Putri Pare Setiawati

Daniel Ngantung - wolipop
Senin, 06 Nov 2023 17:30 WIB
Koleksi kebaya klasik persembaan Putri Pare Setiawati di Jakarta Fashion Week 2024. (Foto: Dok. JFW 2024)
Jakarta -

Kebaya sebagai warisan budaya Indonesia terus berevolusi mengikuti perkembangan zaman. Namun, Putri Pare Setiawati justru memilih untuk 'melawan arus' lewat koleksi terbarunya.

Koleksi baru jenama besutan Nunuk Setiawati Susanto ini naik pentas sebagai penutup gelaran 'Nusantara' setelah koleksi Oscar Lawalata Culture dan Epa Jewel di Jakarta Fashion Week (JFW) 2024 beberapa waktu lalu.

Berangkat dari kepeduliannya terhadap budaya Indonesia, Nunuk mendirikan label tersebut pada 2007. Sebelum berkutat dengan kebaya, ia lama terlibat dalam proyek revitalisasi bangunan-bangunan bersejarah.


Pengalaman tersebut membuka wawasan Nunuk tentang berbagai warisan budaya, termasuk kebaya yang sejatinya dari kalangan ningrat.

Penampilan aktris Adinia Wirasti membuka fashion show Putri Pare Setiawati di JFW 2024. (Foto: Dok. JFW 2024)

"Kita bangsa yang besar, bukan bangsa miskin. Itu saya temukan para kebaya-kebaya bangsawan. Kita boleh menerima desain baru, tapi jangan sampai kita tidak tahu sejarah sendiri," ungkap Nunuk jelang peragaan.

Bagi Nunuk, kecantikan kebaya sesungguhnya dapat terpancar karena sang pemakainya sendiri.

'Fitrah' kebaya itu yang kemudian ia pegang teguh dalam berkarya, termasuk untuk koleksi terbarunya yang terdiri dari 15 set busana ini.

"Kebaya saya tampilkan tanpa perhiasan. Bukan berarti saya anti perhiasan, tapi saya ingin menghormati ciptaan Tuhan. Wanita diciptakan sudah sangat cantik," tambah Nunuk.

Maudy Koesnaedi berbalut kebaya Putri Pare Setiawati di JFW 2024. (Foto: Dok. JFW 2024)

Dalam pandangannya, kebaya masa kini cenderung terlalu menonjolkan lekukan tubuh. Padahal, jika ingin dipandang seksi, semestinya dapat dinilai dari cara berpikir dan bersikap.

Berpatokan pada prinsip itu, ia menciptakan kebaya yang didominasi potongan panjang, bahkan hampir jatuh di atas tumit. Salah satunya membungkus tubuh aktris Adinia Wirasti saat membuka peragaan tersebut.

Kebayanya ungu, warna yang identik dengan kerajaan. Saking panjangnya, kebaya itu nyaris menutupi 3/4 kain batik bawahan.

Nunuk secara spesifik merujuk pada kebaya-kebaya abad ke-16 sebagai sumber inspirasi. Kebaya panjang yang lumrah ditemui kala itu, terutama di kalangan berdarah biru. Kesakralan batik menjadi alasannya.

Foto: Dok. JFW 2024

"Zaman bangsawan dulu, batik bukan untuk dagang. Batik dibuat menurut kata hati, sehingga mencerminkan isi hati. Kalau hati bahagia dengan hasil pembatikan yang dicapai, maka karyanya akan terasa cantik," terangnya.

Keindahan batik pun diangkat Nunuk di koleksi ini. Aktris senior Maudy Koesnaedi muncul dalam balutan kebaya panjang tanpa kancing yang dipadu dengan kain batik bermotif parang modifikasi dengan selendang senada.

Citra 'mpok' yang selama ini melekat pada pemeran Zaenab di sinetron 'Si Doel Anak Sekolahan' seolah berganti 'raden ajeng' yang ayu.

Foto: Dok. JFW 2024

Tak hanya motif parang, kain dengan sentuhan corak bagong semar dan poleng ikut mempermanis koleksi ini.

Nunuk menuturkan, kain-kain tersebut merupakan karya perajin binaannya di Bantul, Yogyakarta. "Kebanyakan laki-laki dan bertato," tambah Nunuk sambil tersenyum.

Material kain seperti crepe dibelinya dari Prancis dan China sebelum diolah secara tradisional. Adapun proses pembatikan menggunakan teknik tulis dan cap. Total, pembuatan satu lembar kain dapat memakan waktu hingga 9 bulan. "Makanya jangan kaget kalau kain dan kebaya saya sangat mahal," ujar Nunuk.



Simak Video "Video Makna Kebaya Hitam yang Dikenakan Cucu Bung Hatta di HUT ke-80 RI"

(dtg/dtg)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork