Thom Browne Digugat Adidas, Gaya Desainernya di Pengadilan Disorot

Gugatan adidas terhadap Thom Browne atas perkara motif garis akhirnya diperkarakan di meja hijau. Di luar urusan legal, sorotan ternyata juga tertuju pada gaya desainer jenama mode high-end itu.

Persidangan digelar di Pengadilan Distrik Manhattan, New York City, pada Selasa (3/1/2023). Para pengacara dari kedua belah pihak hadir. Walau sudah diwakili kuasa hukumnya, Thom Browne memilih untuk tak absen.

Perancang sekaligus label Thom Browne itu lantas memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memberi fashion statement lewat gayanya.

Ia muncul dengan setelan bercelena pendek, salah satu look yang menjadi ciri khas Thom Browne. Tidak ketinggalan sepatu oxford hitam dengan sepasang kaus kaki hitam panjang. Sususan empat garis putih tampak menghiasi kaus kaki sebelah kiri.

Pilihan gaya tersebut langsung menjadi sorotan, baik di media massa ataupun media sosial. Bisa jadi Thom Browne sedang menyatakan kegigihannya untuk mempertahankan garis putih sebagai bagian dari desainnya.

Pada Juni 2021, adidas melayangkan gugatan terhadap Thom Browne karena diduga melakukan penjiplakan motif tiga garis adidas. Seperti dikabarkan Insider, merek olahraga asal Jerman tersebut sudah mematenkan motif tersebut setelah menggunakannya untuk pertama kali pada 1940-an.

Adapun di koleksi Thom Browne, motif garis konsisten muncul sejak merek tersebut didirikan pada 2003. Awalnya terdiri dari tiga garis yang menyerupai milik adidas. Namun untuk menghindari masalah hukum, label yang dikenal dengan garis desainnya yang dandy dan memiliki sentuhan athleisure ini menggantinya menjadi empat garis.

Akan tetapi bagi adidas, itu tidak cukup. Kuasa hukumnya berdalih, konsumen masih sering tertukar antara produk adidas dan Thom Browne karena garis tersebut. Menurut argumen pengacara Thom Browne, keduanya tidak setara bila dibanding-bandingkan.

"Thom Browne adalah merek barang mewah buatan desainer, sementara adidas merek olahraga," katanya seperti dikutip WWD.

Merasa dirugikan, adidas menuntut bayaran sekitar US$ 8 juta atau sekitar Rp 124 miliar. Persidangan akan berlangsung selama sembilan hari ke depan sampai bulat keputusan para juri.