Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni meluapkan kemarahan dan rasa muaknya setelah sebuah situs pornografi diduga menampilkan foto-foto palsu dirinya beserta sejumlah wanita lainnya, termasuk sang adik, Arianna Meloni. Foto-foto itu direkayasa secara vulgar dengan narasi seksis yang dianggap sangat merendahkan martabat perempuan.
Situs bernama Phica diketahui sempat mengunggah konten berisi gambar-gambar manipulasi tersebut. Popularitas konten Meloni dan Arianna melonjak tajam hingga menjadi salah satu yang paling banyak ditonton di platform itu.
Namun, tidak lama setelah menuai kecaman luas, pihak pengelola situs memilih untuk menutup platformnya dengan alasan penyalahgunaan masif oleh ratusan ribu pengguna. Meloni, yang dikenal vokal memperjuangkan isu keluarga dan hak-hak perempuan, mengecam keras insiden ini.
"Saya muak dengan apa yang terjadi, dan saya ingin menyampaikan solidaritas serta dukungan kepada semua perempuan yang telah dihina, dilecehkan, dan dilanggar privasinya oleh pengelola forum maupun para penggunanya. Menyedihkan melihat bahwa di tahun 2025, masih ada pihak yang menganggap normal dan sah untuk menginjak-injak martabat perempuan, melontarkan hinaan seksis dan vulgar, sambil berlindung di balik anonim atau sebuah keyboard," ungkap wanita 48 tahun itu kepada media Corriere della Sera.
Sementara itu, Arianna Meloni, yang juga seorang politisi dalam partai sayap kanan Brothers of Italy, menyebut fenomena ini lahir dari budaya digital yang dangkal.
"Akar masalahnya adalah kebiasaan buruk dari masyarakat berbasis klik, di mana privasi dianggap mitos dan pencapaian nyata perempuan kerap diremehkan. Padahal, apa yang diraih perempuan setiap hari melalui kerja keras jauh lebih penting untuk dihargai," ungkap Arianna.
Italia sendiri memiliki undang-undang tentang revenge porn sejak 2019. Aturan tersebut menjatuhkan hukuman penjara hingga enam tahun bagi pelaku penyebaran konten seksual eksplisit tanpa izin. Namun, Meloni menekankan bahwa saat ini pelanggaran serupa tidak lagi hanya terjadi karena motif balas dendam.
"Penyebaran konten semacam ini tidak lagi sekadar soal revenge. Perlindungan terhadap data dan privasi kita semakin krusial di masa kini," ujarnya.
Kasus ini bukan kali pertama Meloni menjadi korban konten pornografi palsu atau deepfake. Pada 2024, ia menggugat seorang ayah dan anak di Amerika Serikat yang diduga membuat video deepfake dirinya hingga ditonton jutaan kali. Meloni menuntut ganti rugi sekitar 100 ribu dolar AS, namun berjanji seluruh dana tersebut akan disumbangkan ke lembaga negara yang mendukung perempuan korban kekerasan.
Simak Video "JYP Ambil Tindakan Hukum ke Kreator-Distributor Video Deepfake TWICE"
(kik/kik)