Sophie Turner kembali angkat bicara mengenai adegan pemerkosaan yang dialami karakternya, Sansa Stark, dalam serial Game of Thrones. Adegan yang tayang pada musim kelima tahun 2015 itu sempat menuai kecaman luas karena dianggap mengeksploitasi kekerasan seksual.
Saat itu, Turner baru berusia 19 tahun. Kini, hampir satu dekade kemudian, aktris 29 tahun tersebut menilai bahwa meski adegan itu memicu kontroversi, tetap memiliki arti penting untuk membuka diskusi publik.
"Saya merasa, dan masih merasa, bahwa Game of Thrones menyoroti hal-hal yang selama ini dianggap tabu untuk ditampilkan. Saya memahami betul bisa memicu trauma, saya benar-benar mengerti sudut pandang itu. Namun, saya merasa kami memberikan banyak keadilan bagi perempuan dan perjuangan yang telah mereka jalani selama ribuan tahun," ujar Turner kepada Flaunt Magazine.
Turner menambahkan, sejarah panjang patriarki terhadap wanita tidak bisa dipungkiri. Belum lagi kasus kekerasan seksual yang masih banyak terjadi.
"Perempuan selama berabad-abad menghadapi patriarki, diperlakukan sebagai objek, dan terus-menerus mengalami pelecehan seksual. Saya tidak mengenal satu pun perempuan yang tidak pernah mengalaminya dalam bentuk apa pun," ungkapnya.
Menurutnya, salah satu masalah terbesar adalah ketika pengalaman itu sering diremehkan atau tidak dipercaya oleh laki-laki.
"Itu karena kita jarang membicarakannya. Kita justru menghindar," katanya dengan nada kecewa.
Turner menyadari bahwa standar industri hiburan telah berubah sejak Game of Thrones tayang.
"Jika serial itu dirilis hari ini, pasti akan ada peringatan khusus (trigger warning). Namun saya bangga pernah menjadi bagian dari Game of Thrones, yang tidak menghindar untuk menampilkan kekejaman nyata yang dialami perempuan pada masa itu. Saya bangga bisa menjadi bagian dari percakapan itu," ucap mantan istri Joe Jonas itu.
Simak Video "Pernyataan Joe Jonas dan Sophie Turner soal Perceraian"
(kik/kik)