×
Ad

Standing Ovation, Pagelaran Sabang Merauke-Hikayat Nusantara yang Bikin Takjub

Hestianingsih Hestianingsih - wolipop
Sabtu, 23 Agu 2025 10:21 WIB
Halaman ke 1 dari 3
Pagelaran Sabang Merauke di Indonesia Arena, GBK. Foto: Pagelaran Sabang Merauke/HAFIYYAN FAZA
Jakarta -

Takjub, haru, sekaligus bernostalgia. Itulah yang saya rasakan saat menyaksikan Pagelaran Sabang Merauke - The Indonesian Broadway, semalam (22/8/2025) di Indonesia Arena, GBK, Senayan, Jakarta Pusat.

Bertajuk 'Hikayat Nusantara', pagelaran yang diadakan untuk ke-6 kalinya ini mengangkat cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia. Panggung megah menjelma menjadi kaleidoskop budaya dari Sabang hingga Merauke, membawa penonton menyusuri kisah-kisah yang kita kenal sejak kecil.

Sejak awal, saya merasa seperti ditarik masuk ke dalam dunia dongeng Nusantara. Lampu sorot perlahan menyinari sosok Yuyu Kangkang-kepiting raksasa penjaga sungai dalam kisah Ande-Ande Lumut. Adegan ini bukan hanya pembuka, tapi undangan untuk memasuki rangkaian 21 sekuen yang penuh kejutan.


Dari sana, cerita bergulir ke kisah Malin Kundang. Kita semua mengenalnya sebagai anak durhaka yang dikutuk jadi batu, namun malam itu ia dihidupkan kembali. Koreografi krumping yang enerjik menjadi simbol kebangkitannya, membawa serta 'manusia batu' dalam sebuah misi menyelamatkan Nusantara.

Pagelaran Sabang Merauke di Indonesia Arena, GBK. Foto: Pagelaran Sabang Merauke/HAFIYYAN FAZA

Dikisahkan bahwa Nusantara akan menghadapi bahaya laten, bukan dari luar, tapi berasal dari dalam; ketidaktahuan, kelupaan dan keterputusasaan nilai-nilai leluhur, yang hanya dapat dikalahkan dengan kekuatan bersama. Sebuah Persatuan dan Cinta Tanah Air.

Dentum musik lalu mengalun dari Pulau Andalas. Parade budaya Sumatra pun dimulai. Lagu 'Bungong Jeumpa' dari Aceh menggema dengan penuh khidmat, bersanding dengan tarian Rapai Geleng dan Ratoeh Jaroe yang ritmis. Penonton larut dalam nuansa magis khas Serambi Mekah.

Belum hilang decak kagum, tradisi lompat batu dari Nias membuat suasana kembali bergemuruh. Disusul dengan tari Tor Tor Sipitu Cawan. Harmoni gerak dan musik menghadirkan semangat kebersamaan.

Nuansa nostalgia menyeruak ketika lagu 'Rambadia' dan 'Butet' berkumandang. Saya sempat terhanyut dalam rasa rindu pada kampung halaman, meski bukan orang Sumatra. Itulah kekuatan musik; universal, menembus jarak dan asal-usul.



Simak Video "Video Ivan Gunawan Kembali Desain Kostum Pagelaran Sabang Merauke 2025"

(hst/hst)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork