Sebuah video yang memperlihatkan kegiatan belajar mengajar tak biasa di sebuah Sekolah Dasar (SD) di Kediri mendadak viral di media sosial, memicu decak kagum dari warganet. Dalam video yang diunggah oleh akun TikTok @pikipurba, tampak seorang guru dengan semangat membimbing para siswanya, baik laki-laki maupun perempuan, untuk belajar menyetrika pakaian langsung di dalam kelas.
"Menolak budaya patriarki, mari didik anak2 kita untuk mandiri sejak dini🙌🏻," tulis postingan TikTok @pikipurba.
@pikipurba Menolak budaya patriarki, mari didik anak2 kita untuk mandiri sejak dini 🙌🏻 #gurupai #gurumuda #gurukreatif #fyp #gurusd ♬ World Montage - Scott J
Aktivitas yang out of the box ini bukan sekadar mengisi waktu luang, melainkan sebuah aksi nyata untuk menanamkan kemandirian sejak dini. Sontak, unggahan ini dibanjiri komentar positif, salah satunya menegaskan untuk menolak budaya patriarki.
Dalam video yang berdurasi 27 detik itu, para siswa terlihat mencoba untuk menyetrika. Beberapa setrika tampak diletakkan di atas meja yang telah dialasi kain, lengkap dengan colokan listrik panjang. Para siswa yang mengenakan seragam merah-putih, termasuk siswi berhijab, tampak fokus mempraktikkan cara melicinkan pakaian di bawah arahan guru.
Momen ini menjadi penting karena mendobrak stereotip lama bahwa pekerjaan rumah tangga, seperti menyetrika, hanya identik dengan peran gender tertentu. Sang guru, yang terlihat mendampingi dari dekat, tidak hanya mengajarkan teknik menyetrika yang aman dan rapi, tetapi juga pelajaran tentang kesetaraan peran dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.
Aksi inovatif dari guru SD di Kediri ini langsung menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen. Banyak yang memuji inisiatif sekolah dan guru tersebut karena telah berani menyisipkan keterampilan hidup (life skill) ke dalam kurikulum. Keterampilan menyetrika ini dinilai sebagai bekal penting yang akan berguna saat anak-anak tumbuh dewasa dan jauh dari orang tua, serta tidak bergantung pada orang lain.
Unggahan guru yang sedang mengajarkan kemampuan dasar menyetrika di dalam kelas itu langsung viral dan sudah ditonton lebih dari 2,4 juta kali. Warganet rata-rata memuji aksi guru yang bisa menginspirasi.
"Gimana ibu ibu?? Setuju putra putrinya diberi pelajaran basic skill sprti ini???" tanya pengguna TikTok @Nicoyahuhu, mendukung aksi guru tersebut.
"Ini sekolah dimanaa? hebat sekali pemikiran gurunyaa😭," takjub akun @Devi Elfiani.
"Untuk bapak guru / ibu guru, tolong ajarin juga anak anak supaya punya
1. TOLERANSI YANG TINGGI KE SESAMA TEMAN BEDA AGAMA
2. AJARIN MANNER / SOPAN SANTUN
3. GAK LUPA UNTUK MENGUCAPKAN TOLONG, MAAF, TERIMA KASIH," saran akun @iniboucantik.
"Cuci, seterika dan masak bukan tugas perempuan, tapi skill hidup yang semua orang harus punya," saut akun @Acik.
Konfirmasi Wolipop
Wolipop sudah mewawancarai Muchamad Viki Adi Purba yang akrab disapa Piki Purba. Guru muda berusia 29 tahun asal Kediri, Jawa Timur, ini aktif mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) sejak tahun 2022 di SDN Kras 2, Kediri, Jawa Timur.
Piki menjelaskan secara rinci tentang filosofi di balik kegiatan menyetrika dan melipat baju yang ia unggah ke media sosial. Dia mengatakan kegiatan tersebut dilakukan saat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarnya.
"Ini tuh pembelajaran 'basic life skill'. Di video tersebut saya contohkan keterampilan menyetrika dan menata baju. Menurut saya banyak yang mengira menata baju dan menyetrika itu hal kecil, padahal di usia sekolah dasar, kegiatan seperti itu justru membentuk karakter penting pada anak," ungkap Piki kepada Wolipop.
Piki menjelaskan bahwa video viral itu merupakan implementasi dari pembelajaran 'basic life skill' atau keterampilan hidup dasar.
"Saat mereka belajar melipat bajunya sendiri, mereka belajar tentang keteraturan dan tanggung jawab terhadap diri sendiri. Saat belajar menyetrika dengan pengawasan, mereka belajar berhati-hati, fokus, dan menghargai proses," jelas Piki.
Guru PAI ini menyadari bahwa pendidikan tidak boleh berhenti di bangku kelas saja. Piki menegaskan bahwa kegiatan sederhana ini adalah fondasi pembentukan pribadi.
"Dari hal sederhana seperti ini kami ingin anak-anak tumbuh bukan hanya pintar di atas kertas, tapi juga terbiasa dengan kemampuan praktis dan mental yang tangguh. Itu bagian penting dari basic life skill yang akan mereka bawa sampai dewasa," ucapnya.
Meskipun kegiatan tersebut berlangsung saat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, yang mungkin jarang menyentuh urusan menyetrika, Piki mengaku sangat gembira melihat tanggapan anak didiknya.
"Jujur saya senang banget melihat reaksi mereka. Awalnya banyak yang canggung atau merasa ini hal sepele, tapi begitu mereka mulai mencoba, wajah mereka berubah jadi antusias. Ada rasa bangga kecil ketika berhasil melipat baju sendiri dan menyetrika dengan benar. Saya amati, ternyata anak-anak sebenarnya senang kalau diberi kepercayaan dan tantangan, mereka merasa dihargai dan mampu," ujarnya lega.
Menurut pengamatannya, ada kebanggaan tersendiri yang muncul dari para siswa. Piki menyimpulkan bahwa kunci kemandirian anak adalah kesempatan yang diberikan oleh pendidik.
"Dari situ saya sadar, setiap anak sebenarnya punya rasa ingin tahu dan keinginan untuk mandiri. Saya sebagai pendidik, hanya perlu memberi ruang dan kesempatan," pungkasnya.
(gaf/eny)