Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Miris, Pria Ini Kabur & Pilih Masuk Penjara daripada Rawat Istri Lumpuh

Vina Oktiani - wolipop
Kamis, 23 Okt 2025 09:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Sad woman in dark room. Depression and anxiety disorder concept
Foto: Getty Images/iStockphoto/klebercordeiro
Jakarta -

Kisah tragis menimpa seorang wanita berusia 28 tahun di China yang ditinggalkan oleh suaminya setelah ia lumpuh akibat penyakit langka. Kasus ini viral di media sosial Tiongkok setelah dilaporkan oleh Yangtze Evening News dan South China Morning Post.

Lin, 28 tahun, dulunya bekerja sebagai pemandu wisata di Provinsi Jiangsu. Setelah empat tahun menikah, pada 2017, ia mulai merasakan kakinya mati rasa. Kondisi itu perlahan memburuk hingga ia didiagnosis menderita penyakit langka pada sistem saraf pusat. Sejak saat itu, Lin lumpuh total dan tak bisa mengurus dirinya sendiri.

"Saya duduk di kursi roda setiap hari, melihat orang-orang berjalan di luar dan bertanya-tanya kenapa hidup saya harus berubah seperti ini," ujar Lin dalam wawancara dengan media lokal beberapa tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, di tengah perjuangannya melawan penyakit, Lin dikhianati oleh orang yang seharusnya paling ia percaya. Suaminya, bermarga Chang, memintanya menjual rumah mereka senilai 1 juta yuan (sekitar Rp 2,3 miliar). Setelah rumah itu laku, Chang membawa seluruh uang hasil penjualan dan menghilang tanpa jejak.

Lin yang hidup dalam kondisi lumpuh hanya bisa melaporkan kejadian itu ke pengadilan di Nanjing, ibu kota Provinsi Jiangsu. Ia menuntut suaminya atas tuduhan penelantaran. Setelah lima tahun bersembunyi, Chang akhirnya ditangkap pada akhir 2022.

ADVERTISEMENT

Kepada polisi, Chang berkata, "Saya lebih memilih masuk penjara daripada kembali."

Pada Maret tahun lalu, Chang dijatuhi hukuman 10 bulan penjara karena menelantarkan istrinya yang lumpuh. Tidak lama kemudian, Lin mengajukan gugatan cerai dengan alasan suaminya "lebih memilih dipenjara daripada menjalankan tanggung jawabnya." Pengadilan akhirnya mengabulkan perceraian tersebut.

Melihat kondisi Lin yang hidup miskin dan tak berdaya, jaksa setempat memberikan bantuan hukum dan tunjangan sebesar 65.000 yuan (sekitar Rp 146 juta).

Sayangnya, kondisi Lin terus memburuk setelah perceraian itu. Ia meninggal dunia setahun kemudian akibat komplikasi penyakitnya. Selama masa sakitnya, sang suami tidak pernah menengok atau membayar biaya pengobatan, bahkan hanya dua kali menghubunginya untuk meminta cerai.

Kisah tragis ini menuai berbagai reaksi di media sosial Tiongkok. Banyak warganet yang mengecam keras tindakan Chang dan menilai hukumannya terlalu ringan.

"Pria ini kejam sekali, 10 bulan penjara terlalu sedikit untuk perbuatannya," tulis salah satu komentar.

"Sepuluh bulan penjara adalah harga murah untuk bebas dari tanggung jawab seumur hidup," komentar lain.

(vio/vio)


Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads