×
Ad

Kisah Pasangan yang Menyelesaikan Konflik Asmara dengan Bantuan ChatGPT

Kiki Oktaviani - wolipop
Kamis, 06 Mar 2025 12:00 WIB
Ilustrasi Foto: Getty Images/AsiaVision
Jakarta -

Dalam era digital yang semakin maju, kecerdasan buatan (AI) telah menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk hubungan asmara. Salah satu teknologi yang mulai digunakan oleh pasangan untuk mengatasi konflik adalah ChatGPT. Chatbot berbasis AI itu dapat memberikan saran dan solusi atas permasalahan hubungan.

Bagi banyak pasangan, konflik adalah hal yang tak terhindarkan. Namun, tidak semua orang memiliki akses atau dana untuk menghadiri sesi terapi pasangan dengan psikolog. Di sinilah ChatGPT berperan. Dengan membayar $20 per bulan untuk layanan premium, pasangan seperti Dom Versaci dan Abella Bala dari Los Angeles telah menggunakan ChatGPT sebagai 'wasit' dalam pertengkaran mereka.


"ChatGPT telah menyelamatkan hubungan kami," kata Bala, seorang manajer bakat influencer kepada The Post.

Mereka menggunakan AI untuk mendapatkan perspektif baru terhadap masalah yang dihadapi tanpa harus bertengkar lebih lanjut. Dengan pendekatan yang netral dan tidak emosional, ChatGPT mampu meredakan ketegangan dan memberikan saran yang lebih rasional.

Menurut sebuah studi pada Februari 2025 oleh Hatch Data dan Mental Health, banyak orang lebih menyukai saran dari AI dibandingkan dengan nasihat dari terapis manusia. Respon yang diberikan ChatGPT dinilai lebih positif dan tidak menghakimi.

"Terapi itu mahal, dan terkadang yang kita butuhkan hanyalah pihak ketiga yang netral untuk memberi tahu siapa yang sebenarnya tidak masuk akal," ujar Versaci, seorang ilmuwan data.

ChatGPT bukan hanya berguna dalam pertengkaran besar, tetapi juga dalam konflik kecil sehari-hari. Contohnya, Catherine Goetze, seorang profesional teknologi dari Los Angeles, menggunakan AI ini untuk memahami emosinya saat bertengkar dengan pasangannya.

"Pacar saya dan saya bertengkar hebat mengenai sesuatu yang sangat tidak penting saat kami sedang makan malam," kata Goetze.

"Saya pulang ke rumah, berbicara dengan ChatGPT dan aplikasi itu berkata, 'Kamu sangat lapar. Kamu belum makan selama satu jam. Kamu hanya kelaparan,'" kenangnya.

Meskipun ChatGPT dapat menjadi alat yang berguna dalam memperbaiki komunikasi dan menyelesaikan konflik, para ahli mengingatkan bahwa AI tidak bisa menggantikan peran terapis profesional. Ashley Williams, seorang konselor kesehatan mental berlisensi di New York, mengingatkan bahwa AI hanya mampu memberikan saran umum yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan unik setiap pasangan.

"Belum ada cukup penelitian yang membuktikan bahwa saran dari ChatGPT benar-benar dapat diandalkan," kata Williams.

Williams juga mengingatkan bahwa AI hanya mampu memberikan saran umum yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan unik setiap pasangan.



Simak Video "Video: Organisasi Musik Jerman Menang Gugatan Hak Cipta Lawan OpenAI"

(kik/kik)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork