Seperti apa rasanya menikmati spa di dalam sebuah gua dengan sensasi yang menggugah panca indera untuk memberikan ketenangan sejati? Pengalaman tersebut dapat dinikmati sesaat lewat karya desainer interior Vivianne Faye.
Jangan bayangkan spa yang didesain Vivi, begitu ia akrab disapa, berada di dalam sebuah gua yang nyata. Namun, ia mendirikannya di 'The Colours of Indonesia' (TCOI) besutan ID12 di Senayan City, Jakarta. Setiap dua tahun sekali sejak 2014, perkumpulan 12 perancang interior papan atas Tanah Air yang berawal dari pertemanan itu menggelar ekshibisinya dengan tema yang berbeda.
Untuk TCOI 2024, yang berlangsung pada 1-14 September, ID12 mengusung tema 'Summer Home'. Para anggota berkesempatan untuk mendesain sebuah instalasi ruangan berdasarkan undian yang didapat.
Ruangannya bermacam-macam laiknya di sebuah rumah, ada ruang tamu, dapur, kamar tidur, kamar mandi. Namun sesuai temanya yang berasosiasi erat dengan rumah liburan atau villa, ada penambahan ruangan seperti spa dan teras atap alias rooftop.
Bagi Vivi mendapat giliran mendesain spa bukan sesuatu yang asing karena sudah pernah dilakukannya untuk sebuah proyek hotel berbintang di Jakarta. Satu hal yang mengejutkannya adalah bentuk ruangan.
"Lay out juga diundi. Saya kebagian ruangan yang mengecil di bagian depan, lalu melebar ke dalam seperti mulut ikan. Pas terima kok rasanya nggak enak. This one is more challenging," ungkap Vivi kepada Wolipop.
Inspirasi pun datang dari hobinya menyicipi spa saat berpelesiran. Spa hopping menjadi agenda wajib desainer lulusan California State University of Fresno, Amerika Serikat, itu ketika berkunjung ke destinasi manapun.
Ia teringat pada pengalamannya menyambangi Sardinia, sebuah pulau eksotis mungil Italia di lautan Mediterania. Lanskap bukit penuh bebatuan dengan hamparan laut biru di Sardinia meninggalkan kesan mendalam di benaknya.
Lantas terbayangkan oleh Vivi, sebuah spa di dalam gua Sardinia dengan batunya yang dramatis berwarna terang. Meski ia sudah mantap dengan konsep tersebut, mengeksekusinya tak semudah dikira.
"Sebenarnya saya cari penyakit," seloroh Vivi. "Bagaimana cari batu yang bisa dimasukkan ke dalam mal? Kalau pakai batu asli kan sangat berat, tidak sesuai dengan daya beban bangunan di sini," lanjutnya.
Sebagai alternatif, Vivi menemukan material flexi clay yang dapat dibentuk sedemikian rupa hingga teksturnya menyerupai batu. Material yang melapisi bagian dinding spanya tersebut masih tergolong baru dan Vivi baru kali ini pula mengeksplornya.
Dinamai Antrum Spa, ruangan berukuran sekitar 40 meter persegi itu diisi satu bath tub, meja pijat, dan bilik untuk mandi. Warna putih mendominasi, baik pada dinding 'batu' maupun interior, untuk menciptakan atmosfer yang menenangkan, tapi hadir pula warna lain seperti biru dan coklat kayu sebagai aksen.
Lantai terbuat dari marmer bertekstur ombak yang warnanya mendekati pasir putih pantai Sardinia. Namun, ia memilih permukaan dengan lapisan dove, bukan yang mengilap, agar terlihat lebih earthy, katanya.
Semuanya merepresentasikan garis desain Vivi yang elegan nan mewah dengan perpaduan berbagai elemen (layered) tapi tidak berlebihan.
Bagi Vivi, sebuah spa sebagai tempat relaksasi dapat berfungsi maksimal jika dapat memenuhi kebutuhan lima indera: penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa.
Ia mengemas semuanya menjadi sebuah kesatuan yang diraciknya dengan sentuhan personal. Seperti wewangian beraroma lavender, rosemary, dengan sentuhan woody yang tercium di spa tersebut, Vivi membuatnya sendiri sampai akhirnya ia sekaligus meluncurkan produk body lotion di TCOI 2024. Bath salt atau garam mandi pun hasil eksperimennya.
Pencahayaan juga menjadi unsur penting. Dengan bantuan teknologi ambience lighting, warna dan intensitas cahaya dapat berganti-ganti mengikuti ritme lagu yang diputar sehingga memaksimalkan mood yang ingin diciptakan.
Selain menghiasi langit-langit, lampu temaram turut menghiasi lantai. Fitur paling unik adalah lampu-lampu kecil yang melapisi lantai shower. Sementara itu, lilin-lilin elektrik yang memenuhi rak dari kayu oak Jepang semakin mempertegas atmosfer yang whimsical.
"Semakin ke sini, orang lebih mudah stres. Oleh karena itu, bagi mereka yang mampu, spa pribadi perlu ada di rumah. Dari pada pergi jauh-jauh, mending healing di rumah sendiri," kata perempuan yang kerap menggarap proyek hunian mewah itu.
Membangun sebuah spa yang sifatnya temporer, terutama di dalam sebuah mal, memberi tantangan tersendiri bagi Vivi. Selain menyesuaikan material, ia juga harus berpacu dengan waktu karena hanya diberi waktu kurang dari lima hari untuk merampungkan fisik spa.
Terlepas dari segala tantangan, pameran TCOI memberi kesenangan tersendiri bagi Vivi dan para rekan sejawatnya di ID12 untuk mengekspresikan imajinasinya sebagai insan kreatif sambil mempelajari teknologi teranyar di dunia desain interior.
"It's challenging ourselves, agar kami lebih updated dengan material dan teknologi baru. Di sisi lain, kami bebas bereksperimen karena klien kan belum tentu mau sepenuhnya mengikuti kemauan kami kan karena terbentur bujet atau selera. Kalau di sini gak ada limitation," ungkap Vivi.
Selain Vivi, desainer interior yang tergabung dalam ID12 antara lain Agam Riadi, Anita Boentarman, Ary Juwono, Eko Priharseno, Joke Roos, Prasetio Budhi, Reza Wahyudi, Roland Adam, Sammy Hendramianto, Shirley Gouw, dan Yuni Jie. TCOI ke-5 ini sekaligus menandai 17 tahun perjalanan persahabatan mereka.
(dtg/dtg)