Inilah Gui Yuna. Namanya tiba-tiba viral dan merebut atensi publik di China setelah penampilannya di kejuaraan binaraga yang digelar oleh International Weightlifting Federation (IWF) di Beijing, China, pada pertengahan Desember 2020 lalu. Ia menjadi satu-satunya kontestan yang muncul tanpa kaki yang lengkap. (Foto: NOEL CELIS/AFP)
Perempuan 35 tahun tersebut menjadi satu-satunya kontestan yang muncul tanpa kaki yang lengkap. Dibantu sebuah tongkat penopang, ia berjalan dengan satu kaki yang beralaskan heels sembari memamerkan otot-otot tubuhnya dalam balutan bikini biru. (Foto: NOEL CELIS/AFP)
Aksi Gui Yuna lantas lantas berhasil memukau para juri. Di akhir acara, namanya diumumkan sebagai juara utama. Ia tak menyangka akan membawa pulang gelar juara pertama. Apalagi kontes yang diikutinya itu tak dikhususkan bagi peserta dengan cacat fisik. (Foto: NOEL CELIS/AFP)
"Menjadi pemenang bagiku sangat mungkun, tapi bukan karena profesionalisme atau ototku, melainkan rasa percaya diri dan keberanianku untuk tampil di atas panggung dan menunjukkan siapa diriku kepada semua orang," kata Gui Yuna seperti dikutip AFP, Kamis (7/1/2021). (Foto: NOEL CELIS/AFP)
Ia kehilangan kaki kanannya saat masih berusia tujuh tahun Kejadian tersebut benar-benar merebut kebahagiaan masa kecilnya. Hari-hari Gui di sekolah penuh dengan penindasan karena kondisi fisiknya yang berbeda. "Mereka memanggilku si pincang atau kucing berkaki tiga," kenang Gui. (Foto: NOEL CELIS/AFP)
Tak hanya verbal, perlakukan tak menyenangkan juga dialami secara fisik. Pernah suatu kali murid-murid di sekolahnya menendang tongkat penopang Gui sampai ia terjatuh. "Pertama kali mereka membuatku jatuh, aku menangis. Namun, aku mulai terbiasa dan berpikir, 'Mereka bisa saja menindasku tapi aku akan baik-baik saja karena aku memiliki hati pemberani'," kata Gui yang dibesarkan oleh ibunya seorang diri. (Foto: NOEL CELIS/AFP)
Pengalaman pahit tersebut lantas memotivasi Gui untuk mengasah bakatnya di bidang olahraga. Singkat cerita, pada 2001, ia mulai aktif terlibat dalam olahraga paralympic. Tiga tahun kemudian, Gui lolos seleksi untuk mewakili China di Olimpiade Paralympic 2004 dalam cabang loncat jauh. Capaiannya kala itu berada di peringkat ke-7. Gui kembali tampil Olimpiade dan Paralympic Beijing 2008. Ia bahkan mendapat kesempatan untuk membawa obor kebesaran Olimpiade. (Foto: NOEL CELIS/AFP)
Pada 2017, ia memutuskan pensiun dari dunia olahraga dan mencoba peruntungan sebagai karyawan korporasi. Akan tetapi, kenyataan tak sesuai rencana dan harapan. Berulang kali lamaran Gui ditolak karena perusahaan incarannya enggan memperkerjakan kaum disabilitas. Menurut Gui, kehadiran orang sepertinya bisa merusak citra perusahaan. "Aku melamar ke 20 perusahaan dan mereka mengatakan hal yang sama," kata Gui yang kerap membagikan tips olahraga kepada 200 ribu pengikutnya di TikTok. (Foto: NOEL CELIS/AFP)
Pengalaman tersebut menjadi gambaran betapa parahnya diskriminasi terhadap orang-orang dengan kondisi fisik terbatas di Negeri Tirai Bambu tersebut. Terlepas dari masa lalunya yang penuh dengan beban berat, Gui tak pernah menyesalinya. "Aku bersyukur aku harus melalui tantangan tersebut. Kenapa? Karena itu menjadikanku lebih kuat hingga bisa seperti saat ini," ujar Gui Yuna yang saat ini bekerja di sebuah perusahaan interior rumah. (Foto: NOEL CELIS/AFP)