Perhatian tengah tertuju pada sosok Perdana Menteri New Zealand Jacinda Ardern menyusul aksi penembakan di sejumlah masjid di Christchurch baru-baru ini. Tragedi tersebut menjadi hari tergelap dalam sejarah Negeri Kiwi tersebut sekaligus catatan buruk semasa pemerintahan Jacinda yang belum genap dua tahun. (Foto: Getty Images)
Jacinda Ardern resmi menjabat sebagai perdana menteri New Zealand terhitung sejak 26 Oktober 2017. Ketika itu usianya baru 37 tahun. Lantas, wakil dari Partai Buruh tersebut memecahkan rekor sebagai perdana menteri termuda dalam sejarah New Zealand. (Foto: Reuters)
Ia lalu kembali menarik atensi setelah melahirkan anak pertamanya, Neve Te Aroha. Jacinda menjadi pemimpin dunia kedua yang melahirkan saat masih menjabat. Sebelumnya ada mendiang Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto. (Foto: Instagram)
Kesibukannya mengurus sebuah negara tak membuat Jacinda lupa akan perannya sebagai seorang ibu. Ia memastikan sang buah hati tetap mendapat perhatian darinya. Hal itu terbukti ketika Jacinda memboyong anaknya ke dalam sidang PBB. Clarke Gayford, kekasih Jacinda sekaligus ayah dari bayinya, ikut mendampingi. Momen tersebut sempat viral di media sosial. (Foto: Don EMMERT / AFP)
Kredibiltas Jacinda Ardern sebagai seorang perempuan pemimpin lalu diuji menyusul penembakan masjid yang menewaskan 49 orang terjadi di negaranya. Tak cuma mengutuk aksi teror yang dilakukan kaum ekstremis itu, ia pun berjanji untuk segera merivisi peraturan izin kepemilikan senjata. "Saya memastikan, undang-undang senjata kita akan berubah," katanya saat jumpa pers seperti dikutip Guardian. (Foto: Photo by Marty MELVILLE/OFFICE OF PRIME MINITER NEW ZEALAND/AFP)
Untuk mengungkapkan rasa berkabungnya, Jacinda Ardern mengunjungi lokasi kejadian perkara dan menemui keluarga korban serta komunitas muslim. Ia muncul dalam busana gelap dengan kerudung hitam yang menutup kepalanya. Atas aksi simpatiknya itu, ia menuai pujian dan apresiasi. (Foto: Getty Images)
Jacinda juga terlihat menghibur keluarga korban dengan memberikan pelukan. Ia meminta rakyat Selandia Baru tak terprovokasi oleh aksi teror tersebut dan tetap bersatu dalam perbedaan. "Banyak dari korban adalah imigran atau bahkan pengungsi. Mereka memilih Selandia Baru sebagai rumah. Ini memang rumah mereka. Mereka adalah bagian dari kita. Tapi tidak untuk orang yang telah melakukan tindakan keji ini. Mereka tidak punya tempat di sini," tegas Jacinda. (Foto: Getty Images)