Musisi Amerika Serikat Lenny Kravitz punya ikatan emosional yang kuat dengan Paris, Prancis. Di situlah, ia pertama kali mempromosikan album perdananya pada 1989. Sejak awal 2000-an, ia memutuskan untuk tinggal di kota yang dijuluki City of Love itu. (Foto: Architectural Digest/Matthieu Salvaing)
Pilihannya jatuh pada sebuah hunian megah, bekas kediaman Countess Anne d’Ornano, mantan wali kota Deauville. Terletak di distrik ke-16 yang dikenal sebagai kawasan para diplomat, rumah bergaya 1920-an itu berdiri di tengah taman yang rindang. (Foto: Architectural Digest/Matthieu Salvaing)
Desain interior rumah ini mencerminkan perpaduan budaya yang membentuk Kravitz semasa kecil—dari kemewahan Beaux-Arts di Upper East Side hingga kehangatan rumah kakek-neneknya di Brooklyn yang bernuansa Afro-Bahama. “Saya menyebutnya ‘elegansi yang berjiwa,’” kata pria 60 tahun itu kepada Architectural Digest. (Foto: Architectural Digest/Matthieu Salvaing)
Membutuhkan waktu dan usaha besar untuk mengubah rumah bangsawan Prancis itu menjadi tempat tinggal pribadi sekaligus ruang kreatif bagi seorang rocker Amerika. Banyak lampu kristal unik bergantungan, salah satunya terbuat 2.000 kristal swarovski. (Foto: Architectural Digest/Matthieu Salvaing)
Setiap ruang dipenuhi kenangan personal: sepatu tinju milik Muhammad Ali, sepatu James Brown, hingga foto sang ibu, aktris Roxie Roker, dan potret kakek tercinta, Albert Roker, yang menurut Kravitz adalah sumber inspirasi bagi seluruh perjalanan hidup dan karier keluarganya. “Ia adalah alasan kenapa saya ada di sini," tentang lukisan yang menghiasi area makan. (Foto: Architectural Digest/Matthieu Salvaing)
Lenny Kravitz juga memiliki sudut khusus yang didedikasikannya untuk memajang memorabilia dari musisi legenda. Mulai dari Miles Davis hingga John Lennon. (Foto: Architectural Digest/Matthieu Salvaing)
Lampu gantung dan cermin berbingkai emas menciptakan atmosfer dramatis di kamar utama. Untuk menyeimbangkannya, ayah aktris Zoe Kravitz ini memilih tempat tidur yang minimalis. (Foto: Architectural Digest/Matthieu Salvaing)
Kamar mandi yang hampir seluas kamar diberi sentuhan marmer sehingga aura kemewahannya terpancar maksimal. (Foto: Architectural Digest/Matthieu Salvaing)
Salah satu ruang paling unik adalah “La Chaufferie,” bekas rubanah dua lantai yang kini bertransformasi menjadi bar speakeasy dan klub pribadi. Lengkap dengan meja bistro antik, disko ball era 1940-an, grill mobil tua, dan sistem suara canggih. Tempat ini kerap digunakan putrinya untuk menggelar pesta. (Foto: Architectural Digest/Matthieu Salvaing)
Lenny menamai rumahnya “Hôtel de Roxie,” sebagai penghormatan bagi sang ibu, mendiang aktris Roxie Roker, yang sebelum meninggal sempat bercita-cita untuk tinggal di Paris. Sebuah nama yang pas untuk tempat yang bukan sekadar hunian, melainkan perwujudan jiwa, warisan, dan filosofi hidup seorang Lenny Kravitz. “Sekarang kamu bisa merasakan auranya,” kata Lenny. (Foto: Architectural Digest/Matthieu Salvaing)