10 Foto Suasana Desa Tanpa Pria, Dihuni Para Janda Hingga Korban KDRT

Jinwar yang berarti tanah wanita dalam bahasa Kurdi adalah sebuah desa di Kurdish, Suriah yang menampung para wanita yang menjadi korban perang juga kekerasan seksual. Mereka memisahkan diri dan bersatu di tempat yang lebih aman dan harmonis tanpa para pria. Foto: Facebook Jinwar

Jinwar yang berarti tanah wanita dalam bahasa Kurdi adalah sebuah desa di Kurdish, Suriah yang menampung para wanita yang menjadi korban perang juga kekerasan seksual. Mereka memisahkan diri dan bersatu di tempat yang lebih aman dan harmonis tanpa para pria. Foto: Facebook Jinwar

Jinwar yang diisi oleh para janda dan wanita yang menjadi korban KDRT, dan serangan seksual awalnya menampung lima keluarga dan dibuat sejak Hari Perempuan Internasional di 2018. Kini desa tersebut berkembang menjadi desa yang menampung wanita beserta anak-anaknya untuk saling mendukung saat mereka harus hidup tanpa pria. Kebanyakan dari mereka adalah janda yang ditinggal suami berperang dengan ISIS. Foto: Facebook Jinwar

Jinwar yang diisi oleh para janda dan wanita yang menjadi korban KDRT, dan serangan seksual awalnya menampung lima keluarga dan dibuat sejak Hari Perempuan Internasional di 2018. Kini desa tersebut berkembang menjadi desa yang menampung wanita beserta anak-anaknya untuk saling mendukung saat mereka harus hidup tanpa pria. Kebanyakan dari mereka adalah janda yang ditinggal suami berperang dengan ISIS. Foto: Facebook Jinwar

Para wanita yang menjadi korban patriarki dan kapitalisme itu bersatu untuk membuat sistem yang aman dan damai untuk mereka dan anak-anak. Desa khusus wanita ini juga menampung semua kalangan dan tak memandang etnis atau agama dan terbuka untuk siapapun yang membutuhkan. Foto: Facebook Jinwar

Para wanita yang menjadi korban patriarki dan kapitalisme itu bersatu untuk membuat sistem yang aman dan damai untuk mereka dan anak-anak. Desa khusus wanita ini juga menampung semua kalangan dan tak memandang etnis atau agama dan terbuka untuk siapapun yang membutuhkan. Foto: Facebook Jinwar

Tak hanya melindungi sesama, tempat itu juga ramah lingkungan. Tempat ini akan menjadi penampungan untuk mereka yang menderita kekerasan, rumah untuk para janda dengan anak-anak yang kehilangan suami-suami mereka selama perang, dan tempat untuk mereka keluarga dari lingkungan kapitalis. Foto: Dok. www.jinwar.org.

Tak hanya melindungi sesama, tempat itu juga ramah lingkungan. "Tempat ini akan menjadi penampungan untuk mereka yang menderita kekerasan, rumah untuk para janda dengan anak-anak yang kehilangan suami-suami mereka selama perang, dan tempat untuk mereka keluarga dari lingkungan kapitalis. Foto: Dok. www.jinwar.org.

Bisa dilihat dari foto berikut bahwa para wanita juga anak-anak mereka saling membantu dalam bertani dan mengolah hasilnya untuk sama-sama dinikmati atau dijual. Mereka pun membuktikan jika mereka bisa hidup tanpa pria yang selama ini menyusahkan mereka karena membuat perang. Foto: Facebook Jinwar

Bisa dilihat dari foto berikut bahwa para wanita juga anak-anak mereka saling membantu dalam bertani dan mengolah hasilnya untuk sama-sama dinikmati atau dijual. Mereka pun membuktikan jika mereka bisa hidup tanpa pria yang selama ini menyusahkan mereka karena membuat perang. Foto: Facebook Jinwar

Semua wanita membantu membangun rumah menggunakan lumpur, pakan ternak, kayu, hasil alam yang tidak mencemari lingkungan. Energi yang bisa diperbarui digunakan, kebanyakan kekuatan solar, kata wanita bernama Nunjin. Foto: Dok. www.jinwar.org.

Semua wanita membantu membangun rumah menggunakan lumpur, pakan ternak, kayu, hasil alam yang tidak mencemari lingkungan. Energi yang bisa diperbarui digunakan, kebanyakan kekuatan solar," kata wanita bernama Nunjin. Foto: Dok. www.jinwar.org.

Menemukan lingkungan yang harmonis dan bisa berkontribusi terhadap orang-orang sekitar, beberapa wanita mengaku tidak berkeinginan untuk menikah lagi.  Aku tidak akan menikah lagi karena aku punya banyak anak dan tidak ada yang mau menikahiku. Ini pertama kalinya aku merasa bebas, tidak ada yang memintaku memakai sesuatu atau melakukan sesuatu, tambah Nurjin. Foto: Dok. www.jinwar.org.

Menemukan lingkungan yang harmonis dan bisa berkontribusi terhadap orang-orang sekitar, beberapa wanita mengaku tidak berkeinginan untuk menikah lagi.  "Aku tidak akan menikah lagi karena aku punya banyak anak dan tidak ada yang mau menikahiku. Ini pertama kalinya aku merasa bebas, tidak ada yang memintaku memakai sesuatu atau melakukan sesuatu," tambah Nurjin. Foto: Dok. www.jinwar.org.

Hal yang sama diungkapkan oleh Amira yang tak lagi merasa tertekan karena aturan berpakaian. Kami pernah dihina dan disiksa dengan brutal oleh suami-suami kami dan oleh para militan ISIS. Apabila perempuan tidak mengenakan pakaian hitam, dia akan dicambuk. Apabila seorang perempuan memperlihatkan matanya, dia akan dicambuk. Zaman itu sudah berakhir. Kini ada demokrasi, dan kami merasakan kebebasan, kata Amira, penduduk desa tersebut dilansir VoA. Foto: Facebook Jinwar

Hal yang sama diungkapkan oleh Amira yang tak lagi merasa tertekan karena aturan berpakaian. "Kami pernah dihina dan disiksa dengan brutal oleh suami-suami kami dan oleh para militan ISIS. Apabila perempuan tidak mengenakan pakaian hitam, dia akan dicambuk. Apabila seorang perempuan memperlihatkan matanya, dia akan dicambuk. Zaman itu sudah berakhir. Kini ada demokrasi, dan kami merasakan kebebasan," kata Amira, penduduk desa tersebut dilansir VoA. Foto: Facebook Jinwar

Selain menemukan tempat yang aman dan harmonis, para wanita juga merasa lebih tenang di Jinwar karena anak-anak mereka lebih terjamin. Di sana, anak-anak mendapatkan pendidikan dan bisa dengan bebas bermain dengan sesamanya. Foto: Dok. www.jinwar.org.

Selain menemukan tempat yang aman dan harmonis, para wanita juga merasa lebih tenang di Jinwar karena anak-anak mereka lebih terjamin. Di sana, anak-anak mendapatkan pendidikan dan bisa dengan bebas bermain dengan sesamanya. Foto: Dok. www.jinwar.org.

Disebut desa khusus wanita, wilayah tersebut bukan benar-benar anti dengan pria. Selain masih boleh ditinggali anak-anak lelaki, pria dewasa juga diperbolehkan untuk masuk tapi hanya pada waktu-waktu tertentu. Para pria yang berkunjung pun tidak diizinkan untuk menginap. Foto: Dok. www.jinwar.org.

Disebut desa khusus wanita, wilayah tersebut bukan benar-benar anti dengan pria. Selain masih boleh ditinggali anak-anak lelaki, pria dewasa juga diperbolehkan untuk masuk tapi hanya pada waktu-waktu tertentu. Para pria yang berkunjung pun tidak diizinkan untuk menginap. Foto: Dok. www.jinwar.org.