Untuk pertama kalinya dalam sejarah, tampuk direktur kreatif jatuh ke tangan sosok di luar keluarga Versace: Dario Vitale. Debutnya di Pinacoteca Ambrosiana memunculkan diskusi hangat di dunia mode, dengan koleksi yang lebih segar tanpa meninggalkan ciri khas Versace yang seksi dan terkadang provokatif. (Foto: Dok. Versace)
Vitale, yang sebelumnya menjabat sebagai design director ready-to-wear Miu Miu, memilih jalur yang lebih membumi. “Saya tidak pernah tertarik pada fantasi, saya lebih tertarik pada realitas,” ujarnya seperti dikutip WWD. Alih-alih gaun spektakuler, ia menghadirkan jeans, T-shirt, blouson, vest, hingga sweater yang dihidupkan dengan semangat retro nan berani. (Foto: Dok. Versace)
Sentuhan ala East Village disco terasa kental, lengkap dengan nuansa streetwear dan patina ala thrift-shop yang tak biasa bagi label ini. Salah satu referensi kuat datang dari koleksi ikonis Versace musim semi 1991, saat Warhol prints Marilyn Monroe mencuri perhatian. Bedanya, Vitale mengganti ikon pop itu dengan wajah-wajah anonim yang menyerupai Jackie O atau Sophia Loren, dilukis dengan tangan untuk menegaskan pendekatan lebih personal. (Foto: Dok. Versace)
Seksualitas tetap hadir, namun disajikan lewat T-shirt yang dikupas hingga menyerupai muscle tank, maupun jeans dengan potongan tinggi yang ketat di pinggang—mengingatkan pada gaya Castro 1980-an. (Foto: Dok. Versace)
Tidak hanya soal pakaian, narasi pertunjukan pun dibuat teatrikal. Ruang pertunjukan diubah menyerupai sisa pesta semalam: ranjang tak dirapikan, kapas bekas makeup berserakan, hingga busana Versace tergeletak acak. (Foto: Dok. Versace)
Musik George Michael dan Prince membangkitkan atmosfer riuh yang menyatu dengan spirit koleksi. “Bagi saya, orang-orang yang memakai Versace ingin menari, berkeringat, dan bersenang-senang,” kata Vitale. (Foto: Dok. Versace)
Debut Vitale ini jelas kontras dengan era Donatella Versace, yang selama 28 tahun memimpin merek dengan estetika glamor, tajam, dan penuh kekuatan. Sayangnya, Donatella yang kini menjabat sebagai brand ambassador Versace memilih absen dari show perdana penerusnya. (Foto: Dok. Versace)
Namun, jejak Gianni Versace tetap menjadi pijakan Vitale. Ia menelusuri arsip, rumah-rumah sang pendiri di Milan dan Miami, hingga surat pribadi kepada fotografer Richard Avedon untuk memahami esensi Versace. (Foto: Dok. Versace)
“Versace itu seperti Coca-Cola atau Andy Warhol, sesuatu yang dimiliki semua orang dan semua orang merasa mengenalnya,” ujar Vitale. (Foto: Dok. Versace)
Dengan perspektif segar, ia berusaha mendekatkan label legendaris ini pada keseharian tanpa kehilangan daya pikatnya. Fashion show ini juga menyertakan snaekers buah kolaborasi Versace dengan Onitsuka Tiger. Sebuah langkah berani yang mungkin membelah opini, tetapi sekaligus menandai era baru dalam perjalanan Versace. (Foto: Dok. Versace)