Foto: Busana Serba Hitam Hitam Sha Black Karya Oscar Lawalata di JF3 2025

Sha Black memberi tawaran berupa mode kontemporer yang mengangkat warna hitam sebagai pusat gagasan. Bukan sebagai latar, melainkan sebagai pernyataan yang utuh, penuh keheningan yang berbicara keras. (Foto: Dok. JF3)

Sha Black memberi tawaran berupa mode kontemporer yang mengangkat warna hitam sebagai pusat gagasan. Bukan sebagai latar, melainkan sebagai pernyataan yang utuh, penuh keheningan yang berbicara keras. (Foto: Dok. JF3)

Dengan 34 look yang ditampilkan secara intens di panggung berasap dan pencahayaan merah kelam, koleksi ini menghadirkan atmosfer teatrikal yang kuat. Setiap model melangkah tenang mengenakan topeng hitam berhias payet, menyembunyikan ekspresi, dan menyerahkan narasi sepenuhnya pada potongan busana yang dikenakan. (Foto: Dok. JF3)

Dengan 34 look yang ditampilkan secara intens di panggung berasap dan pencahayaan merah kelam, koleksi ini menghadirkan atmosfer teatrikal yang kuat. Setiap model melangkah tenang mengenakan topeng hitam berhias payet, menyembunyikan ekspresi, dan menyerahkan narasi sepenuhnya pada potongan busana yang dikenakan. (Foto: Dok. JF3)

Sha Black merefleksikan eksplorasi Asha terhadap kekuatan hitam sebagai bahasa visual dan ekspresi personal. Baginya, hitam tidak selalu berarti gelap atau muram, ia bisa menjadi representasi keheningan yang kokoh, kemewahan yang tidak mencolok, dan ruang untuk kebebasan individu. (Foto: Dok. JF3)

Sha Black merefleksikan eksplorasi Asha terhadap kekuatan hitam sebagai bahasa visual dan ekspresi personal. Baginya, hitam tidak selalu berarti gelap atau muram, ia bisa menjadi representasi keheningan yang kokoh, kemewahan yang tidak mencolok, dan ruang untuk kebebasan individu. (Foto: Dok. JF3)

Koleksi ini mengeksplorasi teknik desain yang eksperimental dengan pendekatan kontemporer. Material seperti wool, silk, dan cotton dipilih secara selektif untuk menghasilkan struktur sekaligus gerakan. Beberapa look menggabungkan elemen layering transparan, drapery asimetris, dan panel geometris yang menciptakan kesan arsitektural. (Foto: Dok. JF3)

Koleksi ini mengeksplorasi teknik desain yang eksperimental dengan pendekatan kontemporer. Material seperti wool, silk, dan cotton dipilih secara selektif untuk menghasilkan struktur sekaligus gerakan. Beberapa look menggabungkan elemen layering transparan, drapery asimetris, dan panel geometris yang menciptakan kesan arsitektural. (Foto: Dok. JF3)

Potongan-potongan dalam koleksi ini juga bermain dengan proporsi: gaun panjang dengan rok tulle transparan, jaket lebar berkerah tinggi, serta terusan berdetail quilting berpadu dengan siluet lurus yang minimalis. Tekstur hadir lewat bordir motif abstrak, teknik quilting halus, hingga aplikasi tekstil tiga dimensi yang subtil namun efektif. (Foto: Dok. JF3)

Potongan-potongan dalam koleksi ini juga bermain dengan proporsi: gaun panjang dengan rok tulle transparan, jaket lebar berkerah tinggi, serta terusan berdetail quilting berpadu dengan siluet lurus yang minimalis. Tekstur hadir lewat bordir motif abstrak, teknik quilting halus, hingga aplikasi tekstil tiga dimensi yang subtil namun efektif. (Foto: Dok. JF3)

Setiap busana mencerminkan keberanian untuk tampil berbeda, tidak dengan ledakan warna atau ornamen mencolok, tetapi lewat bahasa bentuk dan lapisan simbolik. Wajah model yang tersembunyi di balik topeng menjadi metafora visual untuk identitas yang kompleks, lapis, dan personal. (Foto: Dok. JF3)

Setiap busana mencerminkan keberanian untuk tampil berbeda, tidak dengan ledakan warna atau ornamen mencolok, tetapi lewat bahasa bentuk dan lapisan simbolik. Wajah model yang tersembunyi di balik topeng menjadi metafora visual untuk identitas yang kompleks, lapis, dan personal. (Foto: Dok. JF3)

Alih-alih sekadar menampilkan busana hitam sebagai gaya klasik yang aman, Sha Black mendekonstruksi asosiasi warna tersebut. Di tangan Asha Smara Darra, hitam menjadi bahasa yang fleksibel, menangkap spektrum emosi dan filosofi: dari kekosongan hingga ketegasan, dari sunyi hingga kekuatan. (Foto: Dok. JF3)

Alih-alih sekadar menampilkan busana hitam sebagai gaya klasik yang aman, Sha Black mendekonstruksi asosiasi warna tersebut. Di tangan Asha Smara Darra, hitam menjadi bahasa yang fleksibel, menangkap spektrum emosi dan filosofi: dari kekosongan hingga ketegasan, dari sunyi hingga kekuatan. (Foto: Dok. JF3)

“Dalam budaya populer, hitam sering dikaitkan dengan kesedihan, kematian, atau misteri. Tapi dalam Sha Black, saya melihatnya sebagai simbol kontrol, ruang reflektif, dan kekuatan tanpa dominasi,” lanjut Asha. Estetika ini selaras dengan positioning Sha Black sebagai label fashion yang menekankan kebebasan berekspresi, keberanian tampil beda, dan desain yang thoughtful. Karakter ini tercermin dari cutting yang presisi, permainan asimetri, dan detail yang tidak pernah berlebihan. (Foto: Dok. JF3)

“Dalam budaya populer, hitam sering dikaitkan dengan kesedihan, kematian, atau misteri. Tapi dalam Sha Black, saya melihatnya sebagai simbol kontrol, ruang reflektif, dan kekuatan tanpa dominasi,” lanjut Asha. Estetika ini selaras dengan positioning Sha Black sebagai label fashion yang menekankan kebebasan berekspresi, keberanian tampil beda, dan desain yang thoughtful. Karakter ini tercermin dari cutting yang presisi, permainan asimetri, dan detail yang tidak pernah berlebihan. (Foto: Dok. JF3)

Tak hanya eksploratif dari segi visual, koleksi ini juga membawa pesan keberlanjutan. Sha Black mengusung prinsip produksi terbatas dengan pemilihan bahan berkualitas tinggi demi menjaga daya pakai jangka panjang. Pendekatan ini merupakan bagian dari komitmen Asha terhadap mode yang lebih bertanggung jawab secara lingkungan dan etis. (Foto: Dok. JF3)

Tak hanya eksploratif dari segi visual, koleksi ini juga membawa pesan keberlanjutan. Sha Black mengusung prinsip produksi terbatas dengan pemilihan bahan berkualitas tinggi demi menjaga daya pakai jangka panjang. Pendekatan ini merupakan bagian dari komitmen Asha terhadap mode yang lebih bertanggung jawab secara lingkungan dan etis. (Foto: Dok. JF3)

Koleksi Sha Black menjadi pengingat bahwa elegansi tak harus megah, dan statement tak harus berteriak. Warna hitam, dalam segala kedalamannya, diangkat menjadi narasi penuh makna yang tidak lekang oleh waktu. (Foto: Dok. JF3)

Koleksi Sha Black menjadi pengingat bahwa elegansi tak harus megah, dan statement tak harus berteriak. Warna hitam, dalam segala kedalamannya, diangkat menjadi narasi penuh makna yang tidak lekang oleh waktu. (Foto: Dok. JF3)