Dipresentasikan dalam tajuk 'Back to the Future', koleksi musim ini mengusung pendekatan yang lebih elementer, menjauh dari warna-warna cerah dan siluet ekstrem koleksi sebelumnya, dalam perpaduan estetika klasik dan futuristis. (Foto: Dok. Schiaparelli)
Roseberry kembali memperlihatkan obsesinya terhadap anatomi tubuh. Mata, hidung, hingga anggota tubuh lain telah lama menjadi motif khas rumah mode ini. (Foto: Dok. Schiaparelli)
Namun kali ini, sang direktur kreatif memilih pendekatan yang lebih halus. Tidak lagi menyiksa tubuh dengan korset dan siluet ketat.(Foto: Dok. Schiaparelli)
Roseberry membiarkan potongan kain mengikuti lekuk tubuh secara alami menunjukkan bahwa ketegangan bisa hadir melalui detail subtil, bukan sekadar dramatisasi ekstrem. (Foto: Dok. Schiaparelli)
Koleksi ini juga mengusung narasi yang lebih luas: penolakan terhadap dominasi teknologi dan kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari. Foto: Dok. Schiaparelli
Di tengah upaya dunia fashion mencari makna baru dalam era post-digital, Schiaparelli justru mengingatkan bahwa tubuh manusia, lengkap dengan jantung yang berdetak dan lekuk-lekuknya, masih merupakan sumber inspirasi paling kuat. (Foto: Dok. Schiaparelli)
Dengan meminjam gaya vintage seperti topi pillbox, jas rok tahun '30-an, serta sentuhan bordir matador, Roseberry menciptakan dunia alternatif tempat nostalgia bertemu eksperimen modern. Foto: Dok. Schiaparelli
Busana bukan lagi hanya tentang apa yang kita kenakan, tapi tentang bagaimana ia menghidupkan kembali dialog antara seni, emosi, dan eksistensi. (Foto: Dok. Schiaparelli)
Setelah dominasi palet hitam dan putih, peragaan ditutup dengan sebuah gaun satin merah menyala muncul bak cipratan darah di kanvas monokrom. Gaun tersebut menampilkan kalung berbentuk jantung, terbuat dari batu rhinestone merah, yang dapat berdenyut secara mekanis ketika dipakai di belakang leher model. Begitu uniknya, aksesori ini sempat viral di media sosial. (Foto: Dok. Schiaparelli)
Karya ini bukan sekadar aksesori. Roseberry menghidupkan kembali "Royal Heart" karya kolaboratif antara Salvador Dalí dan Carlos Alemany, dua seniman sekaligus sahabat Elsa Schiaparelli, pada 1953, sebuah bros jantung berhias batu ruby yang bisa bergerak. Versi Schiaparelli 2025 tidak hanya menghormati karya tersebut, tetapi juga mengangkatnya ke tingkat baru dengan teknologi kontemporer yang membuat jantung itu benar-benar berdetak. (Foto: Dok. Schiaparelli)