Dalam dunia fashion yang penuh dinamika, satu hal tetap konsisten dari rumah mode Balenciaga dalam satu dekade terakhir: kehadiran Demna, sang direktur kreatif yang telah membentuk ulang wajah label ini melalui pendekatan eksperimental, kritis, dan personal. (Foto: Dok. Balenciaga)
Koleksi terbaru sekaligus terakhir Demna untuk Balenciaga merupakan sebuah pernyataan penutup yang tidak hanya sarat akan memori dan retrospeksi, tetapi juga menggugah pertanyaan-pertanyaan krusial seputar makna berpakaian hari ini. (Foto: Dok. Balenciaga)
Disajikan sebagai puncak dari perjalanan kreatif selama sepuluh tahun, koleksi ini bukan sekadar busana, melakinkan arsip hidup yang menggabungkan potongan dari 35 koleksi sebelumnya, elemen-elemen baru, serta pakaian pribadi Demna sendiri. “Koleksi ini mewujudkan banyaknya kode desain yang telah menjadi bagian dari visi kreatif dan riset saya tentang mode di Balenciaga,” ujar Demna dalam pernyataan tertulisnya. (Foto: Dok. Balenciaga)
Muncul siluet, volume, dan gestur berpakaian yang telah menjadi bahasa visual khas Demna. Seperti, oversized tailoring, streetwear dekonstruktif, gaun-gaun dengan struktur tajam tapi tidak kehilangan sensibilitas emosional. (Foto: Dok. Balenciaga)
Demna juga menyebut inspirasi untuk koleksi ini juga bersumber dari studi antropologis tentang cara berpakaian kontemporer, bagaimana orang sebenarnya berpakaian, bagaimana mereka menampilkan diri, dan di mana garis batas antara kemewahan dan mode itu digambar ulang. (Foto: Dok. Balenciaga)
“Bekerja pada koleksi ini terasa seperti pulang ke rumah,” ungkap Demna. Sentimen itu tidak hanya terasa pada pilihan busana, tetapi juga pada cara ia memilih menghadirkannya bersama duo fotografer Ari Versluis dan Ellie Uyttenbroek, pencipta seri Exactitudes yang telah lama memengaruhi pemikirannya tentang identitas melalui busana. Tak hanya itu, Demna juga berkolaborasi dengan Britney Spears. (Foto: Dok. Balenciaga)
Kolaborasi dengan sang ‘Princess of Pop’ mencakup topi baseball bertabur studs bertuliskan "Britney" di bagian depan yang dibanderol seharga US$ 1.250 (sekitar Rp 20 juta), muscle tee berpotongan mini, kaus grafis seharga Rp 17 juta, hingga hoodie oversized. Hampir seluruh produk dihiasi cetakan tanda tangan Spears serta gambar arsip hasil jepretan fotografer ternama Rankin dan Steven Klein. (Foto: Dok. Balenciaga)
Demna membangun narasi visual yang menangkap esensi dari archetypes, arsitektur manusia yang menjadi inspirasi dari desain-desainnya: para perokok jalanan di Paris, anak muda di Berlin, pekerja kantor, sampai figur-figur klub malam yang eklektik. (Foto: Dok. Balenciaga)
Koleksi ini, dalam banyak hal, menjadi kaleidoskop tentang siapa kita hari ini melalui pakaian yang kita kenakan. Ini adalah cara Demna memahami mode bukan sebagai tren, tapi sebagai perpanjangan dari tubuh, identitas, dan resistansi terhadap norma. (Foto: Dok. Balenciaga)
Demna bukan hanya mengucapkan selamat tinggal pada Balenciaga, tetapi juga merayakan hubungan intim antara perancang, tim kreatif, dan audiens yang telah menjadi bagian dari proses penciptaan selama ini. “Ini adalah surat cinta saya bagi mode, bagi orang-orang yang mempercayai karya saya, dan bagi rumah mode yang telah menjadi laboratorium dari eksperimentasi, cinta, dan kritik sosial.” (Foto: Dok. Balenciaga)