Issey Miyake lahir di Hirosima, Jepang, dan baru berusia tujuh tahun saat bom nuklir meledakkan kota tersebut pada 1945. Beruntung, ia selamat dari peristiwa kemanusiaan yang menjadi catatan buruk dalam sejarah dunia itu. Namun, ibunya meninggal karena terekspos radiasi nuklir. (Foto: Getty Images/Rose Hartman)
Ia tak pernah mengungkap pengalaman tersebut kepada publik sampai akhirnya menulis di sebuah kolom opini New York Times pada 2009. "Saya selalu ingin menjadi pribadi yang tidak dibayangi oleh masa lalu. Saya tidak mau dikenal sebagai 'desainer yang selamat dari bom atom'. Itu kenapa saya selalu menghindar dari semua pertanyaan tentang Hirosima. Saya merasa tidak nyaman," tulis Issey Miyake. (Foto: Ron Galella Collection via Getty/Ron Galella)
Semasa muda, ia bercita-cita menjadi penari atau atlet. Namun, keinginannya berubah ketika mulai membaca majalah fashion milik kakaknya. Issey Miyake pun termotivasi untuk mengejar impian sebagai desainer pakaian. (Foto: Gamma-Rapho via Getty Images/Daniel SIMON)
Usai merampungkan studi desain grafis di sebuah universitas seni Tokyo, ia mulai menseriusi dunia fashion dengan bekerja untuk desainer kondang seperti Guy Laroche dan Hubert de Givenchy di Paris. Sempat hijrah ke New York City, AS, Issey Miyake kembali ke Tokyo pada 1970 dan mendirikan Miyake Design Studio. Foto di atas memperlihatkan pertemuan Issey Miyake dengan editor fashion legendaris Diana Vreeland di Studio 54, New York City, pada 1970-an. (Foto: Getty Images/Sonia Moskowitz)
Paris sebagai pusat mode dunia kembali dituju Issey Miyake. Ia menggelar peragaan busana perdananya di Paris pada 1973, berbarengan dengan Thierry Mugler dan Sonia Rykiel yang sama-sama meluncurkan karya pertama berupa koleksi busana siap pakai. (Foto: AFP via Getty Images)
Inovasi Issey Miyake dalam pengembangan material menempatkannya pada sorotan. Pada akhir 1980-an, ia bereksperimen dengan lipit (pleats) yang berujung lahirnya teknik baru, Pleats Please. (Foto: Gamma-Rapho via Getty Images/Daniel SIMON)
Bersama desainer Jepang lainnya, seperti Rei Kawakubo dan Yohji Yamamoto, Issey Miyake ‘menantang’ para pemain yang sudah mapan dan didominasi dari barat. Aliran avant-garde radikal dengan garis desain yang cenderung minimalis dan kontemporer memberi ‘angin-segar’ tersendiri. Foto tertanggal 21 Maret 1984 di atas memperlihatkan Issey Miyake (ketiga dari kanan) bersama Yves Saint Laurent, Kenzo, dan Emanuel Ungaro. (Foto: AFP via Getty Images/PIERRE GUILLAUD)
Issey Miyake mendapat kepercayaan dari pemerintah Lithuania untuk menciptakan seragam khusus tim negara pecahan Soviet tersebut di Olimpiade 1992. “Saat berpikir tentang pakaian masa depan, saya membayangkan baju olahraga sebagai sesuatu yang paling inovatif dan variatif,” ucap Issey kala itu. Koleksi baju Olimpiade rancangannya yang terinspirasi dari bendera negara-negara sempat dipamerkan di Tokyo pada 2016. (Foto: AFP via Getty Images/TORU YAMANAKA)
Jauh sebelum busana ramah lingkungan ramai diperdebatkan beberapa tahun terakhir, Issey Miyake sudah memikirkan solusinya dengan memperkenalkan busana berkonsep A-POC pada 1997. Dikutip dari buku Fashion The Whole Story (Thames & Hudson, 2013), A-POC merupakan kependekan dari ‘A Piece of Cloth’. Konsepnya, sepotong kain yang bisa berfungsi sebagai bermacam pakaian. Minim bahan yang digunting sehingga tidak menghasilkan limbah. (Foto: Sauer/ullstein bild via Getty Images/ullstein bild)
Di jajaran aksesori, tas Bao Bao menjadi salah satu kreasi ikonis Issey Miyake dengan bentuknya yang menyerupai susunan segitiga. Diperkenalkan pertama kali pada 2000, desain tas ini terus berevolusi mengikuti perkembangan zaman. (Foto: AFP via Getty Images/DANIEL LEAL)
Gaya khas pendiri Apple Steve Jobs lekat dengan baju turtleneck hitam yang hampir setiap menemani. Siapa yang menyangka jika baju tersebut dirancang oleh Issey Miyake. Dalam buku biografi berjudul 'Steve Jobs' (2011) karya Walter Isaacson, sang desainer disebut menciptakan secara khusus 100 baju serupa hanya untuk Steve. "Stok bajunya cukup untuk saya pakai seumur hidup," katanya. (Foto: Getty Images/Justin Sullivan)
Setelah berhasil mendirikan lini busana dan mengekspansi bisnisnya ke parfum yang mencetak kesuksesan tersendiri, Issey Miyake memilih pensiun pada 1997. Ia ingin mendedikasikan diri sebagai periset untuk membawa industri fashion ke masa depan yang lebih baik. (Foto: Getty Images/Ken Ishii)
Atas jasa dan kontribusi Issey Miyake, untuk kemajuan industri mode dunia, dan terkhusus Jepang, Kaisar Akihito menganugerahinya Order of Culture pada 2010. Enam tahun kemudian, giliran pemerintah Prancis yang mempersembahkan Legion of Honor kepada Issey. (Foto: Kyodo News via AP)
Di luar karyanya yang mendunia, Issey Miyake menutup rapat kehidupan pribadinya. Bahkan kabar kematiannya baru diumumkan Miyake Design Studio pada Selasa (9/8/2022), atau empat hari setelah ia mengembuskan napas terakhir dalam usia 84 tahun di Tokyo karena kanker hati. Pemakamannya digelar secara tertutup menuruti wasiatnya. Sayonara Issey Miyake. (Foto: Gamma-Rapho via Getty Images/Daniel SIMON)