Foto: Aksi Model Difabel Warnai Catwalk Jakarta Fashion Week 2020

Aksi model difabel turut mewarnai hari ketiga JFW 2020 di Senayan City, Kamis (24/10/2019). Penampilan mereka merupakan bagian dari peragaan busana British Council bersama label lokal COTTONIK dan perkumpulan seniman Inggris Intoart. Sebagai pembuka, tampil kelompok tari Gigi Art of Dance. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

Aksi model difabel turut mewarnai hari ketiga JFW 2020 di Senayan City, Kamis (24/10/2019). Penampilan mereka merupakan bagian dari peragaan busana British Council bersama label lokal COTTONIK dan perkumpulan seniman Inggris Intoart. Sebagai pembuka, tampil kelompok tari Gigi Art of Dance. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

“Kondisi disabilitas merupakan bagian dari wajah keberagaman masyarakat namun kerap dilihat dari sudut pandang ketidakberdayaan. Kami ingin mengubah persepsi itu dengan mengangkat karya dan kemampuan seniman disabilitas dalam sebuah peragaan busana inklusif yang lebih jujur dalam merayakan keberagaman masyarakat, ujar Camelia Harahap, Head of Arts and Creative Industry, British Council Indonesia. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

“Kondisi disabilitas merupakan bagian dari wajah keberagaman masyarakat namun kerap dilihat dari sudut pandang ketidakberdayaan. Kami ingin mengubah persepsi itu dengan mengangkat karya dan kemampuan seniman disabilitas dalam sebuah peragaan busana inklusif yang lebih jujur dalam merayakan keberagaman masyarakat," ujar Camelia Harahap, Head of Arts and Creative Industry, British Council Indonesia. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

Tahun lalu, British Council juga menggelar peragaan bersama konsep sama di Jakarta Fashion Week. Ia berharap, fashion show seperti ini dapat menginspirasi pelaku industri mode dan ekonomi kreatif agar semakin inklusif, baik dalam merancang produk, proses produksi, hingga pemasaran yang lebih mencerminkan keberagaman. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

Tahun lalu, British Council juga menggelar peragaan bersama konsep sama di Jakarta Fashion Week. Ia berharap, fashion show seperti ini dapat menginspirasi pelaku industri mode dan ekonomi kreatif agar semakin inklusif, baik dalam merancang produk, proses produksi, hingga pemasaran yang lebih mencerminkan keberagaman. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

COTTONINK yang dikenal dengan ciri khas ‘casual with a twist’ menampilkan koleksi terbaru karya illustrator Ayang Cempaka dengan corak floral dan warna-warni penuh semangat, mencerminkan semangat kreativitas dan ekspresi diri yang tidak terhalang oleh kondisi disabilitas. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

COTTONINK yang dikenal dengan ciri khas ‘casual with a twist’ menampilkan koleksi terbaru karya illustrator Ayang Cempaka dengan corak floral dan warna-warni penuh semangat, mencerminkan semangat kreativitas dan ekspresi diri yang tidak terhalang oleh kondisi disabilitas. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

Koleksi ini dibawakan oleh Feby Widya Putri, Namira Zania dan Marta Hardy – tiga perempuan yang hidup dengan disabilitas dan berprofesi sebagai barista, penari, dan staf rekrutmen dalam kesehariannya. Peragaan busana ini turut menghadirkan penulis lagu Kallula Harsynta Esterlita.  (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

Koleksi ini dibawakan oleh Feby Widya Putri, Namira Zania dan Marta Hardy – tiga perempuan yang hidup dengan disabilitas dan berprofesi sebagai barista, penari, dan staf rekrutmen dalam kesehariannya. Peragaan busana ini turut menghadirkan penulis lagu Kallula Harsynta Esterlita.  (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

“Bagi kami, fashion is for everyone termasuk juga teman-teman disablitas. COTTONINK membuat desain pakaian agar semua perempuan dengan beragam kepribadian dan bentuk tubuh dapat merasa nyaman dalam mengekspresikan diri. Kami senang dapat berkolaborasi dengan British Council dan Intoart melalui fashion untuk mengajak publik merayakan keberagaman,” ujar Ria Sarwono, Co-founder COTTONINK. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

“Bagi kami, fashion is for everyone termasuk juga teman-teman disablitas. COTTONINK membuat desain pakaian agar semua perempuan dengan beragam kepribadian dan bentuk tubuh dapat merasa nyaman dalam mengekspresikan diri. Kami senang dapat berkolaborasi dengan British Council dan Intoart melalui fashion untuk mengajak publik merayakan keberagaman,” ujar Ria Sarwono, Co-founder COTTONINK. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

Intoart menghadirkan koleksi pakaian yang dirancang oleh tiga seniman peyandang disabilitas intelektual, yaitu Yoshiko Phillips, Andrew Williams dan Ntiense Eno Amooquaye. Ketiga seniman ini membuat desain lukisan tangan yang diaplikasikan pada pakaian berbahan rajut John Smedley, salah satu merek pakaian rajut terbaik di dunia yang berbasis di Inggris. Ketiga seniman memiliki gaya pribadi yang unik, tetapi dipersatukan oleh bahasa visual yang kuat. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

Intoart menghadirkan koleksi pakaian yang dirancang oleh tiga seniman peyandang disabilitas intelektual, yaitu Yoshiko Phillips, Andrew Williams dan Ntiense Eno Amooquaye. Ketiga seniman ini membuat desain lukisan tangan yang diaplikasikan pada pakaian berbahan rajut John Smedley, salah satu merek pakaian rajut terbaik di dunia yang berbasis di Inggris. Ketiga seniman memiliki gaya pribadi yang unik, tetapi dipersatukan oleh bahasa visual yang kuat. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

Seniman Ntiense Eno Amooquaye mengeksplorasi ikonografi mode dan perwujudannya/dalam citra seorang model mode. Pola-pola Yoshiko Phillips dalam warna oranye terang membangkitkan imaji tentang pemangsa dan mangsa. Rajutan Andre Williams menampilkan gaya tipografi yang menarik perhatian dan penekanan pada pesan komikalnya. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

Seniman Ntiense Eno Amooquaye mengeksplorasi ikonografi mode dan perwujudannya/dalam citra seorang model mode. Pola-pola Yoshiko Phillips dalam warna oranye terang membangkitkan imaji tentang pemangsa dan mangsa. Rajutan Andre Williams menampilkan gaya tipografi yang menarik perhatian dan penekanan pada pesan komikalnya. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

“Kami bangga bekerja sama dengan British Council dan COTTONINK yang berkomitmen untuk representasi inklusif dalam mode dengan nilai dan integritas produksi yang tinggi, yang mencerminkan nilai dan etos dari praktik  Intoart. Kami percaya Jakarta Fashion Week adalah platform penting untuk menampilkan dan menantang representasi desainer yang lebih beragam,” ujar Sam Jones, Programme Manager and Co-Founder Intoart. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

“Kami bangga bekerja sama dengan British Council dan COTTONINK yang berkomitmen untuk representasi inklusif dalam mode dengan nilai dan integritas produksi yang tinggi, yang mencerminkan nilai dan etos dari praktik  Intoart. Kami percaya Jakarta Fashion Week adalah platform penting untuk menampilkan dan menantang representasi desainer yang lebih beragam,” ujar Sam Jones, Programme Manager and Co-Founder Intoart. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto)

Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto

Foto: Rifkianto Nugroho/detikfoto