Keluarga Jokowi memercayakan urusan busana tradisional Jawa pada Ki Ronggojati Sugiyatno, Pemilik Toko Busana Jawi Suratman, untuk momen spesial tersebut. Foto: Odilia WS
Ditemui baru-baru ini di tokonya yang berlokasi di Jalan Teuku Umar No.14, Surakarta, Jawa Tengah, pria sepuh yang akrab disapa Pak No itu mengungkap batik pilihan keluarga Jokowi serta makna di baliknya. Foto: Odilia WS
Pak No mendapat mandat untuk membuat 70 beskap hitam dengan 120 helai kain batik sebagai bawahan (jarik) yang berbeda-beda motifnya sesuai sesi acara. Foto: Odilia WS
Untuk siraman yang akan digelar pada Selasa (7/11/2017), beskap akan dipadukan dengan jarik motif wahyu gumulung. Foto: Odilia WS
"Maknanya, mengumpulkan segala berkah dari Tuhan. Terlihat dari isenan atau wahyu yang seperti berkumpul," terang Pak No. Foto: Odilia WS
Berlanjut ke midodareni, jarik bermotif jati kusumo menjadi pilihan. Dijelaskan Pak No, jati bermakna abadi dan kusuma adalah nama. "Jadinya nama yang abadi. Midodareni itu kan menyongsong dan hari yang penting juga untuk menjadikan keabadian yang madya," ungkap Pak No. Foto: Odilia WS
Tiba di sesi ijab kabul yang digelar pada Rabu (8/11/2017) pagi, keluarga akan menggunakan beskap dengan jarik bokor kencono. Foto: Odilia WS
Maknanya, kata Pak No, sebagai wadah kemuliaan manusia karena pernikahan adalah tahapan kedua dari tiga peristiwa penting dalam hidup manusia, yakni lahir, nikah, dan mati. Foto: Odilia WS
Lalu untuk resepsi yang dihelat malam harinya, sudah disiapkan beskap dengan jarik parang seling. Menurut Pak No, sebenarnya motif parang pantang dipakai untuk pernikahan karena diyakini dapat membawa sial. Foto: Odilia WS
"Boleh parang asal ada selingnya. Tujuannya untuk memaknai hubungan vertikal antara manusia dengan penciptanya," jelas Pak No. Foto: Odilia WS