Foto: Model AI Tampil Perdana di Vogue, Picu Kritik Soal Standar Kecantikan

Pada edisi cetak majalah Vogue edisi Agustus, sebuah iklan dua halaman dari label fashion Guess menampilkan sosok model wanita berambut pirang dengan penampilan sempurna. Ia mengenakan gaun maxi bermotif garis dan playsuit floral berwarna biru pucat. Foto: dok. Instagram @seraphinnevallora

Pada edisi cetak majalah Vogue edisi Agustus, sebuah iklan dua halaman dari label fashion Guess menampilkan sosok model wanita berambut pirang dengan penampilan sempurna. Ia mengenakan gaun maxi bermotif garis dan playsuit floral berwarna biru pucat. Foto: dok. Instagram @seraphinnevallora

Namun, model tersebut bukanlah manusia sungguhan. Ia adalah hasil ciptaan teknologi kecerdasan buatan (AI). Di pojok kecil iklan, tertulis jelas: “Produced by Seraphinne Vallora on AI.” Foto: dok. Instagram @seraphinnevallora

Namun, model tersebut bukanlah manusia sungguhan. Ia adalah hasil ciptaan teknologi kecerdasan buatan (AI). Di pojok kecil iklan, tertulis jelas: “Produced by Seraphinne Vallora on AI.” Foto: dok. Instagram @seraphinnevallora

Model AI tersebut bernama Seraphinne Vallora dan kehadirannya menandai pertama kalinya Vogue menggunakan figur AI dalam materi cetaknya. Langkah ini pun langsung memicu kontroversi di media sosial. “Boikot Vogue SEKARANG! Mereka menggantikan model manusia dengan AI, merendahkan kerja keras dan seni manusia,” tulis salah satu pengguna X. Foto: dok. Instagram @seraphinnevallora

Model AI tersebut bernama Seraphinne Vallora dan kehadirannya menandai pertama kalinya Vogue menggunakan figur AI dalam materi cetaknya. Langkah ini pun langsung memicu kontroversi di media sosial. “Boikot Vogue SEKARANG! Mereka menggantikan model manusia dengan AI, merendahkan kerja keras dan seni manusia,” tulis salah satu pengguna X. Foto: dok. Instagram @seraphinnevallora

Tak hanya soal etika profesi, penggunaan model AI juga menimbulkan kekhawatiran baru soal standar kecantikan yang makin tak realistis, isu yang sangat relevan dengan kesehatan mental, khususnya bagi remaja perempuan. Vanessa Longley, CEO yayasan Beat yang fokus pada gangguan makan, menyebut iklan ini “mengkhawatirkan”. “Jika masyarakat terus-menerus terpapar citra tubuh yang tidak realistis, hal itu bisa memengaruhi cara mereka menilai tubuh mereka sendiri. Citra tubuh yang buruk secara langsung meningkatkan risiko gangguan makan,” jelas Vanessa. Foto: dok. Instagram @seraphinnevallora

Tak hanya soal etika profesi, penggunaan model AI juga menimbulkan kekhawatiran baru soal standar kecantikan yang makin tak realistis, isu yang sangat relevan dengan kesehatan mental, khususnya bagi remaja perempuan. Vanessa Longley, CEO yayasan Beat yang fokus pada gangguan makan, menyebut iklan ini “mengkhawatirkan”. “Jika masyarakat terus-menerus terpapar citra tubuh yang tidak realistis, hal itu bisa memengaruhi cara mereka menilai tubuh mereka sendiri. Citra tubuh yang buruk secara langsung meningkatkan risiko gangguan makan,” jelas Vanessa. Foto: dok. Instagram @seraphinnevallora

Meski pihak Seraphinne Vallora menegaskan bahwa model AI bukanlah pengganti, melainkan pelengkap, kenyataannya situs resmi mereka justru menyoroti keunggulan efisiensi biaya. Dengan teknologi ini, tak lagi diperlukan set mahal, penata rias, lokasi pemotretan, fotografer, ataupun model manusia. Foto: dok. Instagram @seraphinnevallora

Meski pihak Seraphinne Vallora menegaskan bahwa model AI bukanlah pengganti, melainkan pelengkap, kenyataannya situs resmi mereka justru menyoroti keunggulan efisiensi biaya. Dengan teknologi ini, tak lagi diperlukan set mahal, penata rias, lokasi pemotretan, fotografer, ataupun model manusia. Foto: dok. Instagram @seraphinnevallora

Menanggapi kontroversi tersebut, Seraphinne Vallora sebagai agensi kreatif di balik proyek ini akhirnya buka suara melalui Instagram. “Kenapa engineer, desainer grafis, seniman 3D, arsitek, siapa pun yang kreatif tak bisa juga menciptakan keindahan?” tulis Valentina Gonzalez dan Andreea Petrescu, pendiri Seraphinne Vallora. “Malah lucunya, kami juga mempekerjakan fotografer dan model sebagai bagian dari proses kreatif kami,” tambah mereka. Foto: dok. Instagram @seraphinnevallora

Menanggapi kontroversi tersebut, Seraphinne Vallora sebagai agensi kreatif di balik proyek ini akhirnya buka suara melalui Instagram. “Kenapa engineer, desainer grafis, seniman 3D, arsitek, siapa pun yang kreatif tak bisa juga menciptakan keindahan?” tulis Valentina Gonzalez dan Andreea Petrescu, pendiri Seraphinne Vallora. “Malah lucunya, kami juga mempekerjakan fotografer dan model sebagai bagian dari proses kreatif kami,” tambah mereka. Foto: dok. Instagram @seraphinnevallora